TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku penembakan massal Stephen Paddock, 64, sempat menikah dua kali namun hanya berlangsung singkat dan tanpa anak. “Tapi apartemennya terlihat seperti seorang belum menikah,” demikian tulis media New York Times, Ahad, 8 Oktober 2017.
Stephen Paddock melakukan penembakan massal dari kamar hotelnya di lantai 32 Hotel Mandala Bay Resort and Casino pada 1 Oktober 2017. Dia menembaki para pengunjung konser musik country yang berjumlah sekitar 22 ribu orang. Konser ini berlangsung di seberang hotel tempatnya menginap.
Baca: Sejumlah Kasus Penembakan yang Terjadi di Amerika
Pada 2000, Stephen kembali menduda dan mulai menghabiskan banyak waktu untuk berjudi. Dia menjadi suka dilayani, menonton berbagai pertunjukan dan menyantap makanan lezat.
Baca: Seorang Perempuan Selamat dari Penembakan Las Vegas berkat iPhone
“Dia suka ketika orang-orang bilang,’Oh Pak Paddock, bisa saya bawakan semangkuk udang terbaik yang ada di planet ini dan segelas besar minuman terbaik kami?” kata Eric Paddock, adik Stephen Paddock. Mereka empat bersaudara.
Ada kalanya, Stephen memanggil Eric dan anak-anaknya untuk menemaninya menginap di kamar suite hotel tempatnya berjudi. Namun kebanyakan dia lebih suka menyendiri.
Berjudi membuat Stephen merasa penting di lingkungan sosialnya. “Anda bisa melihat bahwa lingkungan judi kelas atas membuatnya merasa terangkat,” kata John Weinreich, host kasino Atlantis Casino Resort Spa di Reno. “Dia suka dengan layanan dari semua orang.”
Menurut seorang pengamat judi, Stephen pernah berjudi hingga empat bulan nonstop dan menginap di salah satu hotel judi di Las Vegas.
Pengamat ini menyebut Stephen sebagai penjudi kelas menengah atas, yang mampu kehilangan $100 ribu atau sekitar Rp 1,3 miliar dalam satu sesi permainan. Dan kemampuan finansialnya mampu mengalami kekalahan ini hingga beberapa hari.
“Dia biasanya bermain poker video, yang membutuhkan keterampilan tertentu. Pemain harus tahu riwayat setiap mesin yang dimainkannya agar bisa menang,” tulis New York Times.
Penembakan massal oleh Stephen Paddock ini menjadi yang terburuk dalam sejarah modern Amerika Serikat. Polisi masih mendalami motif pelaku meski telah mengumpulkan banyak bukti.
NY TIMES