TEMPO.CO, Washington – Sikap keras Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap rezim Korea Utara dan sikap sebaliknya yang ditunjukkan Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson, dikritik sebagai taktik ‘polisi baik’ dan ‘polisi jahat’.
“Apa pun tujuannya, yang terjadi malah kebingungan,” demikian tulis Washington Post pada pekan lalu, Senin, 2 Oktober 2017.
Baca: Rusia: Korea Utara Luncurkan Rudal Jangkau Amerika Minggu Depan
Menurut Washington Post, sikap lunak dalam negosiasi tidak lantas membuahkan hasil negosiasi yang baik. Dan sikap keras ancaman militer juga tidak membuat takut Pyongyang dan menghentikan program nuklirnya.
Dugaan ini muncul karena sikap berbeda yang terang-terangan ditunjukkan keduanya dalam menangani Korea Utara.
Baca: Korea Utara Jalankan Pabrik di Kaesong tanpa Izin Korea Selatan
Saat berada di Cina pada pekan lalu, Rex mengatakan Amerika mulai menjajaki dialog dengan rezim Kim Jong-un. “Ada tiga saluran komunikasi yang dijalin saat ini,” kata dia menjawab pertanyaan media.
Namun beberapa jam kemudian, Trump mencuit dengan nada mengancam Korea Utara. “Saya beri tahu Rex Tillerson, menteri luar negeri yang baik ini, bahwa dia buang-buang waktu saja mencoba bernegosiasi dengan Manusia Roket Cilik,” kata Trump.
Menurut seorang pejabat di lingkungan Gedung Putih, kondisi ini memang sengaja diciptakan. “Keduanya kompak dan Trump sengaja berkata seperti itu untuk mengirim pesan ke Korea Utara bahwa negara itu harus muncul ke meja perundingan diplomasi,” kata pejabat yang enggan disebut namanya dan dikutip Washington Post.
Menurut juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee, dialog antara Amerika dan Korea Utara hanya berkisar soal upaya pembebasan tiga warga Amerika yang ditahan di Korea Utara.
“Di luar hal itu, tidak ada pembicaraan sama sekali dengan Korea Utara,” kata dia.
Sejauh ini, Washington Post melnajutkan, sikap ‘polisi baik’ yang ditunjukkan Tillerson juga tidak berdampak positif. Rezim Kim Jong-un menolak untuk menjalin diplomasi kecuali Amerika melepaskan kebijakan kerasnya terhadap Korea Utara.
Menurut Evans Revere, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri yang pernah mengikuti proses negosiasi dengan Korea Utara, taktik ‘polisi baik’ dan ‘polisi buruk’ tampaknya kurang berhasil.
“Karena Korea Utara hanya mau berbicara dengan Washington sebagai sesama negara pemilik senjata nuklir,” kata Evans.
WASHINGTON POST