TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara diam-diam menjalankan 19 pabrik pakaian di zona industri Kaesong di Semenanjung Korea yang ditutup tahun lalu oleh Korea Selatan sebagai protes terhadap Pyongyang yang menggenjot program rudal dan nuklirnya.
"Korea Utara secara diam-diam mengoperasikan 19 pabrik pakaian di Kompleks Industri Kaesong tanpa memberi tahu Korea Selatan," kata seorang sumber di Cina yang terlibat dalam perdagangan dengan Korea Utara seperti dikutip dari Radio Free Asia, 6 Oktober 2017.
Baca: Rusia: Korea Utara Luncurkan Rudal Jangkau Amerika Minggu Depan
"Pabrik pakaian di Kompleks Industri Kaesong memproduksi pakaian untuk pasar domestik namun sebagian besar beban kerja mereka mencakup pesanan dari Cina," kata sumber tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Kaesong ditutup pada Februari 2016 setelah Korea Utara memerintahkan semua orang Korea Selatan keluar dari kompleks tersebut, menyita aset Korea Selatan di sana, dan menyatakan wilayah tersebut di bawah kendali militer.
Baca: Korea Selatan Tutup Pabriknya di Korea Utara
Langkah tersebut dilakukan sehari setelah Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka menarik diri dari Kaesong sebagai pembalasan atas uji coba rudal jarak jauh Korea Utara dan rudal pada awal tahun ini.
Pedagang tersebut mengatakan Korea Utara menangani kekurangan listrik di Kaesong dengan mengalihkan beberapa kekuatan dari sektor amunisi.
"Namun, pabrik pakaian tidak memerlukan banyak listrik karena hanya butuh listrik untuk menjalankan mesin jahit," kata sumber tersebut.
Baca: 70 Persen Upah Buruh Korea Utara untuk Danai Program Nuklir
Sumber tersebut menambahkan dengan sanksi PBB dan sanksi internasional lainnya yang dikenakan kepada Korea Utara atas uji coba rudal dan nuklirnya yang berulang, 19 pabrik pakaian yang diam-diam beroperasi itu akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pesanan.
Sumber kedua yang akrab dengan perdagangan dan manufaktur Korea Utara mengatakan, dia tidak yakin kapan tepatnya Korea Utara mulai membuat tekstil di Kaesong, namun yang pasti telah beroperasi lebih dari enam bulan. Tidak jelas apa yang dapat dilakukan Korea Selatan untuk menanggapi pelangaran terbaru Korea Utara itu.
RADIO FREE ASIA|YON DEMA