TEMPO.CO, Jakarta - Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2017 diberikan kepada lembaga International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), sebuah organisasi pengawas yang secara masif melakukan kampanye anti senjata nuklir di seluruh dunia.
Panitia Penghargaan Nobel menyatakan secara resmi pada hari ini, Jumat, 6 Oktober 2017, bahwa ICAN menang atas upayanya menyadarkan dunia internasional bahwa penggunaan senjata nuklir akan menimbulkan bencana kemanusiaan yang sangat besar.
Baca Juga:
Baca: Paus Fransiskus Jadi Favorit Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian
Penghargaan itu juga diberikan atas trobosan yang dilakukan dalam upaya mewujudkan perjanjian yang melarang pengembangan senjata serupa.
Baca: Penulis Inggris, Kazuo Ishiguro Menangkan Hadiah Nobel Sastra
ICAN merupakan sebuah organisasi induk yang membawahi ribuan organisasi non – pemerintah, yang tersebar di lebih dari seratus negara. Organisasi ini didirikan 10 tahun lalu di Melbourne, Australia.
Namun saat ini kantor pusat ICAN berada di Jenewa, Swiss. ICAN menjadi organisasi ke 27 yang memenangkan hadiah senilai $1.1 Juta dari Penghargaan Nobel.
Direktur Eksekutif ICAN, Beathrice Fihn, mengatakan dia telah mengirimkan pesan kepada semua negara yang mengandalkan nuklir sebagai senjata pertahanan bahwa penggunaan nuklir tidak dapat diterima.
“Kami tidak bisa terancam oleh pemusnahan ribuan orang tanpa pandang bulu yang mengatasnamakan keamanan. Itu bukanlah cara untuk membangun keamanan,” ucap Fihn setelah pengumuman penghargaan.
“Kami mencoba mengirimkan sinyal yang sangat kuat kepada semua negara yang memiliki senjata nuklir seperti Korea Utara, Amerika Serikat, Rusia, Cina, Prancis, Inggris , india dan Pakistan, bahwa ancaman semacam itu tidaklah bisa diterima.”
ICAN memenangkan penghargaan itu setelah mengalahkan 318 pesaing untuk nominasi yang sama, termasuk Donald Trump dan Paus Fransiskus, yang menjadi nominator terfavorit.
Tahun lalu, penghargaan Nobel Perdamaian diberikan kepada Presiden Kolumbia Juan Manuel Santos atas upayanya mengakhiri peperangan sebuah negara yang sudah berlangsung selama lebih dari 50 tahun. Sedangkan Kelompok Kurtet Dialog Nasional Tunisia dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian 2015.
USA TODAY l KISTIN SEPTIYANI