TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan Raja Arab Saudi, Salman, ke Rusia pada Kamis, 5 Oktober 2017, menjadi kunjungan pertama kerajaan Arab ke Rusia. Raja Salman disambut Presiden Rusia Vladimir Putin di Hall Kremlin di Moskow Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan kepada media pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Raja Salman berfokus pada persamaan antara kedua negara.
Baca: Ini Alasan Kunjungan Bersejarah Raja Salman ke Komunis Rusia
“Kedua pemimpin negara memiliki sebuah diskusi yang ramah dan subtansial berdasarkan keinginan kedua negara untuk secara konsisten mengembangkan kemitraan, yang saling menguntungan di semua bidang,” kata Lavrov dalam sebuah konferensi pers bersama perwakilan dari Arab Saudi, Adel al-Jubeir.
Baca: Bertemu Putin, Raja Salman Beli Rudal S-400 Seharga Rp 40 Triliun
Lavrov menambahkan Raja Salman dan Putin sepakat akan pentingnya upaya melawan teror dan menemukan solusi damai untuk konflik di Timur Tengah dan dengan prinsip integritas teritorial.
Adel al-Jubel, yang mewakili Kerajaan Arab Saudi mengatakan, “Kami percaya horison baru telah terbuka untuk perkembangan hubungan yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya.”
“Hubungan antara Rusia dan Arab Saudi telah mencapai sebuah momen historis. Kami yakin bahwa penguatan lebih lanjut hubungan Rusia-Arab Saudi akan memiliki dampat positif pada penguatan stabilitas dan keamanan di (kedua) kawasan dan dunia,” kata al-Jubel melalui seorang penerjemah.
Hubungan kedua negara di masa lalu sering menegang. Selama masa Perang Dingin, Arab Saudi membantu mempersenjatai pemberontak Afghanistan melawan invasi Uni Soviet, yang kemudian bubar dan salah satu bagiannya menjadi Rusia saat ini.
Baru-baru ini, hubungan Arab Saudi dan Rusi kembali menegang karena perang di Suriah. Namun hubungan kedua negara mulai meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan pewaris tahta Raja Salma, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, menggelar beberapa pertemuan dengan Putin.
Kerajaan Arab Saudi, seperti halnya Rusia, terpukul dengan jatuhnya harga minyak dunia sejak pertengahan tahun 2014. Meskipun ada ketidaksepakatan regional, kedua negara menemukan landasan bersama mengenai kebijakan energi pada November lalu ketika kedua negara memimpin sebuah kesepakatan antara negara-negara anggota OPEC dan non-OPEC untuk memangkas produksi dalam upaya menopang harga minyak mentah.
Pada tahun 2015 Arab Saudi mengumumkan berencana menginvestasikan $ 10 miliar atau sekitar Rp 130 triliun dana Investasi Publik Arab Saudi, dana kekayaan kedaulatan kerajaan, di Rusia selama lima tahun ke depan. Jumlah ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dana yang telah disiapkan.
AL JAZEERA | DWI NUR SANTI