TEMPO.CO, Jakarta - Teror di Las Vegas, Ahad malam, 1 Oktober 2017, waktu setempat, menewaskan lebih dari 20 orang dan 100 korban lainnya luka-luka ketika seorang pria memuntahkan peluru dari senapan ke Mandalay Bay Resort and Casino di Las Vegas, Amerika Serikat. Sejumlah saksi mata mengatakan penembakan itu berlangsung nonstop sehingga banyak orang ketakutan bertiarap dan menyelamatkan diri.
"Sejumlah wisatawan bersembunyi di kamar masing-masing di dalam hotel," kata seorang saksi yang juga menjadi tamu kasino.
Departemen Kepolisian Las Vegas mengatakan kepada media, tersangka pelaku penembakan adalah seorang pria yang diyakini tinggal di hotel Mandalay Bay di lantai 32.
Baca: Pengunjung Konser di Las Vegas Ditembaki, 20 Orang Tewas
"Polisi berhasil menghentikan aksi pelaku dan dia tewas. Kami tidak yakin ada pelaku lainnya," begitu pernyataan dari Departemen Kepolisian.
Kini polisi memburu rekan pelaku yang bernama Marilou Danley dan pemilik dua kendaraan Hyundai Tucson dan Chrysler Pacifica. Kedua kendaraan tersebut berpelat nomor Nevada.
"Aksi pelaku menyebabkan sedikitnya dua anggota polisi cedera. Keduanya kini dirawat di rumah sakit," kata polisi.
Seorang pengamat keamanan yang juga bekas agen FBI, James Gagliano, mengatakan kepada CNN, serangan mematikan ini seperti yang pernah terjadi di Universitas Texas pada 1966.
Ketika itu, Gagliano menjelaskan, pelaku penembakan berada di atas ketinggian. "Tidak ada yang tahu pelaku berada di mana saat melakukan aksinya."
"Masyarakat tidak dilatih melihat ke atas, ke arah tembakan itu berasal," ucapnya.
Wali Kota Las Vegas Carolyn G. Goodman melalui akun Twitter mengatakan, dia mengucapkan terima kasih kepada petugas keamanan yang cekatan datang ke lokasi ketika insiden penembakan itu berlangsung di Route 91 Harvest Festival.
Goodman pada akun Twitter juga meminta kepada masyarakat untuk berdoa bagi kebangkitan Kota Las Vegas seusai teror mematikan tersebut.
ABC NEWS | CNN | CHOIRUL AMINUDDIN