TEMPO.CO, Jakarta - ISIS mengklaim bertanggung jawab atas penyerangan terhadap dua perempuan di Stasiun Kereta Api Saint-Charles, Marseille, Prancis, pada Ahad, 1 Oktober 2017.
Menurut sejumlah laporan, kedua perempuan itu ditusuk belati di bagian leher dan perut. "Pria pelaku pembunuhan berteriak ‘Allahu akbar’ saat melakukan aksinya," tulis media setempat.
Tak lama kemudian, pelaku serangan tewas ditembak oleh tentara yang sedang berpatroli setelah kantor berita milik ISIS, Amaq, menyatakan pelaku penusukan tersebut adalah salah satu "tentaranya."
Baca: Prancis Tangkap Seorang Pria Terduga Penabrak 6 Tentara
ISIS, organisasi yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi, telah berkali-kali menjadikan Prancis sebagai sasaran serangan.
Pada November 2015, kelompok yang menamakan dirinya sebagai kaum jihadis itu melancarkan beberapa kali serangan di Paris, yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ratusan lainnya.
Baca: Mobil Menyeruduk Halte Bus di Marseille, Prancis Tewaskan 1 Orang
Pada 14 Juli 2016, ISIS melakukan serangan menggunakan truk besar terhadap kerumunan orang yang sedang merayakan Hari Bastille di Nice, Prancis. Akibat serangan tersebut, lebih dari 80 orang tewas.
Menurut pernyataan media kampanye ISIS, Amaq, aksi dengan truk tersebut dilancarkan oleh "serdadu" yang ingin mendeklarasikan kekhalifahan di Prancis.
LONG WAR JOURNAL | CHOIRUL AMINUDDIN