TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, berteriak ketakutan ketika perahu kayu yang mereka tumpangi terbalik di pantai Bangladesh. Menurut keterangan polisi, lebih dari 100 pengungsi Rohingya berada di perahu tersebut saat terbalik di laut pada sekitar pukul 05.30 pagi atau 11.30 GMT, Kamis, 28 September 2017, di dekat Patuwartek, tak jauh dari Distrik Cox Bazar.
Baca: Pemerintah Myanmar Janji Rekonstruksi Ratusan Desa Rohingya
Polisi menjelaskan, sebanyak 17 korban selamat berhasil ditemukan bersama 15 mayat perempuan dan anak-anak.
"Beberapa pengungsi Rohingya mengatakan, di atas kapal kayu itu terdapat 100 orang," kata Inspektur Polisi Mohamed Kai Kislu kepada Al Jazeera.
"Kami takut masih ada mayat lagi yang kami temukan," tambahnya.
Nurul Islam, 22 tahun, pengungsi selamat asal Rathetaung, mengatakan, dia naik ke atas perahu dari Go Zon Dia, sebuah desa Rohingya di sepanjang Sungai Naf, pada Rabu, 27 September 2017, pukul 22.00 malam waktu setempat atau 04.00 GMT, Kamis, 28 September 2017.
Dia membenarkan informasi bahwa kapal tersebut diisi sekitar 100 orang, hampir semuanya perempuan dan anak-anak. Di antara mereka terdapat ibunya Nurul Islam, istri, bayi laki-lakinya, adik perempuannya dan tiga anak kecil. Mereka ditakutkan tewas.
"Saya berusaha memegang anak saya, tapi gagal," ujarnya shock dan letih.
Baca: Militer Myanmar Perkosa Wanita Rohingya, Ini Temuan Dokter PBB
Tampak ambulans, polisi dan petugas pemadam kebakaran bergegas ke tempat kejadian, begitu pula penduduk setempat membawa obor untuk membantu operasi penyelamatan.
"Ada banyak anak di sana. Saya melihat enam mayat dinaikkan ke darat," kata saksi mata Kullia Mia, salah seorang yang melompat ke dalam air untuk membantu menyelamatkan para korban perahu.
Lebih dari satu juta warga Rohingya mengungsi ke negeri tetangga, Bangladesh, menyusul kekerasan di negara bagian Rakhine pada 25 Agustus 2017. Insiden tersebut, menurut sejumlah laporan, menyebabkan sedikitnya 400 orang tewas akibat serbuan militer Myanmar terhadap penduduk sipil.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN