TEMPO.CO, Jakarta - Milisi ISIS di Libya membangun kekuatan sedikitnya 3 brigade tentara gurun setelah mereka kehilangan benteng pertahanan di Sirte tahun lalu. Hal tersebut disampaikan oleh jaksa senior kepada wartawan, Kamis, 28 September 2017.
Ratusan milisi ISIS diyakini telah melarikan diri dari Sirte sebelum atau selama perang mengusir kaum bersenjata itu selama 7 bulan dari kota pantai yang dikuasai pada 2015.
Baca: Konvoi ISIS di Libya Diserang Jet Tempur
Sejumlah kamp di padang pasir dan para pemberontak yang menjadi buronan pasukan koalisi keberaniannya mulai muncul dalam beberapa pekan ini. Bahkan mereka mendirikan pos penjagaan di jalan menuju selatan dan timur Sirte, serta mengklaim melakukan 2 kali serangan terhadap pasukan lokal.
Keberanian milisi ISIS itu disambut Amerika Serikat dengan serangan udara tiga kali di Sirte dengan sasaran gempuran kamp pada milisi ISIS pada Januari 2017, 22 September 2017, dan Selasa, 26 September 2017.
Pada serangan pertama Amerika, sejumlah milisi ISIS mengalami cedera selanjutnya ditahan oleh pasukan keamanan Libya.
Baca: Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya
"Senjata mereka disita," kata Sadiq Al-Sour, Kepala Kejaksaan Agung Libya, kepada wartawan dalam acara jumpa pers di Tirpoli.
Menurut sejumlah penyelidik Libya, ISIS telah mendirikan pasukan padang pasir dipimpin oleh militan Libya, Al-Mahdi Salem Dangou, atau yang dikenal dengan sebutan Abu Barakat. Sour menjelaskan, "pasukan mereka terdiri dari 3 brigade yang beroperasi di bawah komando Dangou."
REUTERS | CHOIRUL AMINUDDIN