TEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara mengklaim 4,7 juta warganya telah mengajukan diri untuk bergabung atau masuk daftar di militer sejak pemimpin Kim Jong Un mengancam untuk "menjinakkan" Presiden Trump "dengan api" pekan lalu.
Seperti yang dilansir USA Today pada 28 September 2017, jutaan pria muda dan 1,22 juta wanita mengatakan mereka ingin mendaftar untuk melawan Amerika Serikat sejak Jumat pekan lalu.
Baca: AS Ucapkan Terima Kasih Cina Dukung Sanksi PBB ke Korea Utara
Cina, sekutu Pyongyang yang paling penting, pada hari Kamis memerintahkan perusahaan Korea Utara di negara tersebut dan usaha patungan dengan perusahaan Cina untuk menutup dalam waktu 120 hari setelah diterimanya sanksi terakhir PBB pada 12 September.
Dewan Keamanan PBB memberikan suara bulat untuk melarang ekspor tekstil Korea Utara dan pasokan bahan bakar minyak mengikuti uji coba nuklir keenam Korea awal bulan ini.
Pendaftaran militer Korea Utara terjadi setelah Kim mengeluarkan sebuah pernyataan pada peringatan Jumat: "Saya pasti akan dan pasti menjinakkan Amerika dengan api.
Pemimpin Korea Utara berbicara setelah Trump mengatakan kepada Majelis Umum PBB di New York bahwa jika "dipaksa untuk membela diri atau sekutunya, kita tidak punya pilihan selain menghancurkan Korea Utara secara total."
Dalam perkembangan terbaru terkait krisis nuklir Pyongyang, Malaysia melarang warganya melakukan perjalanan ke Korea Utara sampai pemberitahuan lebih lanjut pada hari Kamis, 28 September 2017. Pengumuman sebagai tanggapan atas uji coba rudal Pyongyang yang baru-baru ini. Malaysia adalah satu dari sedikit mitra diplomatik negara komunis itu.
Larangan Malaysia terjadi di tengah meningkatnya tekanan diplomatik terhadap Korea Utara, setelah negara tersebut meluncurkan dua rudal balistik antar benua, menerbangkan rudal kelas menengah ke atas Jepang dan melakukan uji coba nuklir keenam dan terbesarnya pada 3 September 2017.
USA TODAY | YON DEMA