TEMPO.CO, Colombo - Sekelompok biksu radikal memimpin serangan ke tempat penampungan aman untuk warga etnis Rohingya milik Perserikatan Bangsa Bangsa di dekat ibu kota Sri Lanka. Mereka memaksa pihak berwenang mengevakuasi pengungsi.
Seorang petugas polisi mengatakan serangan itu dipimpin kelompok biarawan berpakaian kuning, yang berusaha menghancurkan pagar dan memanjat dinding bangunan.
Baca: Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya
Dua polisi terluka dalam insiden itu, yang juga menyaksikan massa melempari batu ke rumah aman dan membuang perabot di lantai dasar saat masuk ke gedung di lokasi.
Tidak ada laporan korban di antara kelompok pengungsi, termasuk 16 anak-anak.
Baca: Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine
"Kami berhasil membendung para preman dan kelompok pengungsi akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman," kata pejabat, yang menolak untuk diketahui AFP.
Polisi mengatakan mereka akan menangkap provokator aksi itu dengan melihat rekaman video media lokal.
Salah satu biksu yang menyerbu gedung itu memasang sebuah video di situs jejaring sosial yang direkam kelompok radikal Sinhale Jathika Balamuluwa (Tentara Nasional Sinhala) saat dia mendesak orang lain untuk bergabung dengannya dan menghancurkan tempat penampuangan ini.
"Ini adalah teroris Rohingya yang membunuh biksu Buddha di Myanmar," kata biksu itu dalam pernyataannya sambil menunjuk ibu-ibu Rohingya dengan anak kecil di pelukan mereka.
Sebanyak 31 pengungsi warga etnis Rohingya diselamatkan angkatan laut Sri Lanka pada Mei setelah ditemukan mengapung di sebuah kapal di perairan di utara pulau itu.
Pejabat mengatakan mereka akhirnya akan dipindahkan ke negara ketiga dan diizinkan tinggal di Sri Lanka sambil menunggu dokumen diproses.
Para biksu Buddha Sri Lanka memiliki hubungan dekat dengan rekan-rekan ultra-nasionalis mereka di Myanmar. Keduanya dituduh mendalangi kekerasan terhadap minoritas Muslim di kedua negara ini.
Sekitar 430 ribu warga Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar dalam menghadapi gelombang kekerasan saat ini di negara bagian Rakhine.
Muslim Rohingya telah menjadi sasaran penganiayaan dan diskriminasi di negara mayoritas Buddha itu. Banyak yang melihat mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh meski sebagian sudah berdomisili di Myanmar hingga ratusan tahun.
CHANNEL NEWS ASIA|REUTERS|YON DEMA