TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang berunjuk rasa dengan turun ke jalan di Berlin Tengah menyusul pengumuman hasil pemilihan umum yang menempatkan kelompok partai yang dituding neo-Nazi, Alternatif untuk Jerman (AfD), sebagai partai ketiga terbesar di parlemen Jerman.
Para pengunjuk rasa serempak berteriak "Seluruh Berlin Benci AfD!" dan "Babi Nazi!" di luar sebuah gedung di ibu kota Jerman, tempat pemimpin partai anti-imigran berkumpul untuk merayakan kemenangan mereka. AfD meraih 13,1 persen suara atau 87 kursi di parlemen atau Bundestag pada pemilu Ahad, 24 September 2017.
Baca: Hadapi Kelompok Kanan Jerman, Merkel dan Schulz: Ayo Coblos!
Al Jazeera dalam laporannya menyebutkan, tampak sejumlah demonstran melemparkan batu ke arah polisi yang menjaga ketat gedung, tempat pertemuan para pemimpin AfD.
AfD akan memasuki parlemen untuk pertama kalinya, didirikan empat tahun lalu sebagai kekuatan anti-Eropa. Dalam manifesto politiknya, AfD adalah partai yang melarang berdirinya masjid dan mengkriminalkan orang-orang yang memakai jilbab.
Hasil pemilu yang diumumkan Ahad kemarin menimbulkan gelombang kejut bagi masyarakat internasional dan dalam negeri Jerman.Salah satu yang terkejut itu adalah Menteri Luar Negeri Luxembourg, Jean Asselborn. Dia mengatakan, Nazi kembali ke parlemen Jerman.
Tujuh puluh tahun lalu setelah berakhirnya Perang Dunia, neo-Nazi duduk kembali di Bundestag," kata Asselborn kepada kantor berita DPA.
Baca: Menang Pemilu, Angela Merkel Jadi Kanselir Jerman Keempat Kalinya
Kelompok Yahudi di Jerman juga mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasannya atas perolehan suara yang didapat partai ultra-nasionalis. Josef Schuster, Presiden Dewan Sentral Yahudi Jerman, mengatakan, partai ini sangat membenci kelompok minoritas. Dia berharap partai-partai lain di Jerman akan membuka kedok wajah sebenarnya AfD dan janji kosong sebagaimana yang disampaikan.
Jerman di bawah kepemimpinan Angela Merkel membuka pintu lebar bagi sekitar satu juta pencari suaka ketika Eropa dilanda krisis pengungsi pada 2015. Langkah Merkel mendapatkan kritik dari dalam negeri karena dianggap dapat menguras keuangan, menimbulkan masalah sosial dan ongkos administrasi. AfD, partai Neo-Nazi menentang kebijakan Kanselir Angela Merkel tentang imigran.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN