TEMPO.CO, Jakarta - Perang kata antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan Korea Utara terus berlangsung. Kali ini, Trump mencuit di akun Twitternya @realdonaldtrump menanggapi serangan verbal yang dilakukan Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong Ho, di ajang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Pada Sabtu waktu setempat, Ri Yong melabeli Trump sebagai orang kelainan jiwa yang penuh dengan megalomania. Dia juga berjanji bakal menyerang daratan AS dengan roket setelah Trump menyebut Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un, sebagai ‘rocket man’.
Istilah “Little Rocket Man” merupakan variasi dari istilah “Rocket Man” yang digunakan Trump saat berpidato pada pembukaan Sidang Umum PBB pada awal pekan ini. Saat itu, Trump tidak menyebut nama Kim Jong un secara langsung dan mengatakan akan menghancurkan Korea Utara jika berani menyerang AS dan sekutunya. “Dia itu melukan misi bunuh diri untuk dirinya dan rezimnya,” kata Trump.
Trump juga menyerang Kim Jong un leawt Twitter sebagai orang gila (madman) yang suka melihat rakyatnya kelaparan.
Pada Sabtu waktu New York, Menlu Korea Utara, Ri Yong Ho, berpidato di Sidang Umum PBB dan mengkritik keras tindakan AS mengirimkan pasukan pesawat pengebom berikut pesawat jet tempur ke daerah internasional di sebelah timur Korea Utara.
“Misi ini merupakan demonstrasi keteguhan sikap AS dan pesan jelas bahwa Presiden punya banyak opsi militer untuk mengalahkan semua ancaman,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan, Dana White, dalam pernyatannya.
White mengatakan program senjata pemusnah massal Korea Utara merupakan ancaman buruk bagi keamanan wilayah Asia Pasifik dan seluruh dunia internasional. “Kami bersiap menggunakan semua kemampuan militer yang ada untuk menjaga Tanah Air AS dan sekutu kami,” kata White.
Pentagon mengatakan pesawat pengebom B-1B terbang dari Guam, salah satu wilayah AS di kawasan Pasifik dengan dikawal pesawat tempur F-15C Eagle dari Okinawa, Jepang. Rombongan pesawat ini terbang di sebelah timur Korea Utara di kawasan udara internasional.
Berbeda dengan unjuk kekuatan sebelumnya, misi kali ini tidak ditemani pesawat tempur Jepang dan Korea Selatan.
“Meski dilakukan sendiri, misi ini dikoordinasikan dengan sekutu di regional yaitu Republik Korea (Korea Selatan) dan Jepang. Ini merupakan pesan kuat mengenai kekokohan aliansi kami,” kata Komodor Dave Benham, juru bicara Komando Asia Pasifik AS.
Pesawat pengebom B-1 bukan bagian dari tim penyerang nuklir dari AS. Namun pesawat ini mampu menjatuhkan bom konvensional dalam jumlah besar.
Di sidang umum PBB, Ri Yong Ho, mengatakan pembangunan kekuatan nuklir negaranya merupakan bagian dari perimbangan kekuatan dengan AS. “Ini juga untuk mencegah invasi militer terhadap Korea Utara,” kata Ri Yong.
Sejauh ini, tekanan sanksi ekonomi terhadap rezim Kim Jong un semakin kuat dengan bersatunya Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping dalam menghentikan semua transaksi keuangan dan perbankan dengan perbankan Korea Utara. Cina juga memutuskan menghentikan ekspor sejumlah produk jadi bahan bakar minyak selain akan segera menghentikan impor tekstil dari Korea Utara.
FOX NEWS | BUDI RIZA