Facebook Blokir Pengunggah Kata Anti-Islam di Myanmar
Editor
Sita Planasari A
Selasa, 30 Mei 2017 13:45 WIB
TEMPO.CO, Yangon - Pengguna Facebook di Myanmar terkejut setelah raksasa media sosial memblokir penggunaan kata 'Kalar' yang biasa digunakan umat Budha Myanmar untuk menghina muslim Rohingya.
Facebook kini menerima tekanan global untuk membasmi ucapan yang mendorong kebencian, ancaman kekerasan atau informasi menyesatkan secara sengaja dalam platform mereka.
Baca: Perangi Hoax, Facebook Tutup 30 Ribu Akun Palsu di Prancis
Ribuan pengguna media sosial itu di Myanmar sejak Senin, 29 Mei 2017, mengatakan bahwa Facebook langsung memblokir akun mereka masing-masing setelah menulis kalar, yang dianggap sebagai penghinaan terhadap minoritas muslim Rohingya di negara itu.
Beberapa pengguna mengatakan, mereka juga diblokir ketika menulis kata lain yang bermakna sama dalam huruf Burma.
Seorang pengguna, Aung Kaung Myat mengatakan, dia dilarang mencentang 'like', menulis dan berbagi konten di situs itu selama 24 jam minggu lalu setelah menggunakan kata kalar, begitu juga rekannya yang lain.
"Ini tidak masuk akal. Saya menjadi korban ketika menulis, 'Facebook menghapus tulisan yang memasukkan kata kalar'," katanya, seperti yang dilansir Straits Times Senin 29 Mei 2017.
Salah satu juru bicara Facebook mengatakan, perusahaannya tengah berusaha membatasi ucapan kebencian dengan memproses jutaan konten yang dilaporkan setiap minggu.
Seorang juru bicara pemerintah Myanmar mengatakan, bahwa pihaknya tidak pernah mendesak larangan tersebut.
Baca: Jurnalis Ini Tak Bisa Akses Facebook Setelah Buka Skandal Korupsi
Kalar adalah istilah yang sangat kontroversial di Myanmar, di mana kerap digunakan untuk merujuk orang asing secara umum namun biasanya menggambarkan penduduk berasal dari India dan segala sesuatu yang terkait budaya mereka.
Selama beberapa tahun kata yang berarti warna itu beralih ke penghinaan oleh nasionalis Buddha kepada penduduk Islam Rohingya.
Beberapa pengguna Facebook yang tidak terima dengan pemblokiran tersebut lantas membuat acara untuk menolak pelarangan penggunaan kata itu. Ribuan orang hadir dalam acara yang bertajuk Kalar Milik Kami, karena dianggapp telah mengakar dalam budaya Myanmar dan telah digunakan berpuluh-puluh tahun lamanya.
THE STRAITS TIMES |SEA GLOBAL|YON DEMA