TEMPO Interaktif, Beijing:Pemerintah Cina secara resmi mengumumkan bertambahnya jumlah korban tewas akibat serangan virus penyebab infeksi saluran pernafasan atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) menjadi 52 orang. Jumlah itu termasuk seorang warga asing yang untuk pertama kalinya dipublikasikan Negeri Tirai Bambu. Kementerian Kesehatan RRC mengumumkan daftar baru itu dalam sebuah jumpa pers di Beijing, Minggu (6/4). Dalam kesempatan itu diumumkan pula 1.247 kasus SARS yang telah terdeteksi hingga kini di seluruh RRC. Di antara korban yang meninggal adalah Pekka Aro (53 tahun), warga Finlandia yang bekerja di kantor Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Beijing. Aro dilaporkan meninggal akibat SARS pada Minggu pagi sehingga mengubah daftar yang semula berisikan 51 orang per Sabtu (5/4). Aro sebelumnya telah menujukkan gejala-gejala seperti penyakit flu setelah kembali dari Thailand pada 23 Maret lalu. Aro meninggal di Rumah Sakit Ditan di Beijing pada hari keempat dia dirawat di sana. Di antara 52 korban tewas itu, 40 kasus berasal dari Provinsi Guangdong, yang oleh para ilmuwan diperkirakan sebagai asal virus SARS. Dari provinsi ini tercatat lebih dari 1.100 warga terserang virus itu. Selain itu, empat kasus tewas dan tiga lainnya berasal dari Beijing dan Guangxi, sebelah Barat Guangdong. Cepatnya pengumuman kematian Aro merupakan perwujudan dari janji pemerintah Cina. Pada Sabtu lalu pemerintah komunis Cina berjanji akan menyediakan informasi yang lebih memadai dan akan membuat sistem peringatan penyakit nasional berkaitan dengan kian meluwasnya wabah SARS. Pemerintah Cina melakukan itu menyusul keprihatinan yang diungkapkan para pejabat di pusat pengendalian penyakit di negeri itu atas 'miskinnya' koordinasi yang terjalin dengan media. Selama empat hari terakhir, lima orang dilaporkan telah tewas di Cina akibat virus mematikan yang belum berhasil diidentifikasi itu. "Angka-angka tambahan terbaru kebanyakan berasal dari Provinsi Guangdong (Cina Selatan)," kata Qi Xiaoqiu, pejabat bagian Pengendalian Penyakit, Departemen Kesehatan Cina. Para pejabat dalam kesempatan jumpa pers itu mengungkapkan bahwa seluruhnya telah terdapat 19 kasus SARS yang terdeteksi di Beijing, yang selama ini dianggap daerah yang relatif aman dari jangkauan virus mematikan itu. Mereka juga menyatakan kasus-kasus terkait dengan SARS di Shanghai saat ini telah dikonfirmasikan. Selain Aro, di Shanghai pemerintahan setempat mendeteksi sebuah kasus lain yang melibatkan warga asing asal Kanada. "Saya kira mereka, dari manapun asalnya memiliki risiko yang sama," kata James Maguire, epidemiolog asal AS yang juga anggota tim WHO yang memang sedang berada di Cina. Pengumuman angka terbaru itu, menjadikan secara keseluruhan korban fatal di seluruh dunia mencapai 92 orang. Maguire mengatakan banyak pelajaran yang bisa diambil negara lain dari pengalaman para pekerja kesehatan di Cina selatan yang menangani para korban di "garis depan perang" melawan virus mematikan itu. Dia mencatat pesatnya kenaikan jumlah pasien di puncak epidemi yang masuk ke berbagai rumah sakit sangat menggentarkan. "Tapi, pada saat yang saat sangat cepat pula, para dokter dan perawat memahami sifat epidemi, sifat penyakit dan mampu mengubah metode mereka dengan sangat cepat," katanya. (afp/ap/wuragiltempo news room)
Berita terkait
Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios
4 menit lalu
Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios
Manajer investasi usaha bidang konvensional berpatokan pada pasar bebas.