Presiden Turki, Tayyip Erdogan diajak berfoto selfie (berswa foto) bersama seorang wanita berhijab dalam sebuah seremoni di Aksaray, Turki, 19 Februari 2017. REUTERS
TEMPO.CO, Berlin – Jerman menyebut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah melampaui batas karena menuduh Kanselir Angela Merkel menggunakan cara-cara Nazi dalam krisis diplomatik di antara kedua negara.
Hal ini salah satunya diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel, seperti dikutip AFP, Senin, 20 Maret 2017.
“Kami toleran, tapi kami tidak bodoh,” katanya kepada surat kabar Passauer Neue Presse. “Itulah sebabnya saya membiarkan sejawat dari Turki mengetahui pasti bahwa ada batas yang tidak boleh dilewati di sini.”
Julia Kloeckner, wakil ketua Partai CDU pimpinan Merkel, juga marah.
”Apakah Erdogan sudah kehilangan akal?” kata dia, sembari mendesak Uni Eropa membekukan bantuan keuangan miliaran euro kepada Turki.
Turki dan Uni Eropa terlibat perseteruan yang mengancam potensi Turki bergabung dengan blok ini. Ketegangan muncul menjelang referendum 16 April di Turki menyangkut perluasan kekuasaan Erdogan.
Krisis terjadi setelah pihak berwenang Jerman dan beberapa negara Uni Eropa menolak mengizinkan masuk para menteri Turki untuk mengampanyekan “ya” (bagi perluasan kekuasaan Erdogan) di tanah asalnya.
Sikap Uni Eropa ini mengundang Erdogan berkomentar tajam bahwa semangat Nazi Jerman telah melanda Eropa.
“Ketika kita menyebut mereka Nazi, mereka (Eropa) menjadi tidak nyaman. Mereka bersatu dalam solidaritas. Khususnya Merkel,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi.
”Anda kini menerapkan cara-cara Nazi,” kata Erdogan merujuk Merkel. “Kepada siapa? Kepada saudara-saudara saya warga negara keturunan Turki di Jerman.”