Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

Reporter

Selasa, 28 Februari 2017 14:36 WIB

Warga negara asing saat bentrok dengan pengunjuk rasa anti-imigran di barat Pretoria. .aljazeera.com

TEMPO.CO, Cape Town - Kekerasan terhadap orang asing atau imigran berkobar lagi di Afrika Selatan. Ratusan orang turun ke jalan untuk meneriakkan anti-imigran dalam beberapa minggu terakhir.

Kekerasan itu dimulai sejak awal Februari lalu. Rumah-rumah dan toko milik imigran dijarah dan dibakar di pinggiran Kota Johannesburg dan Pretoria, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang sentimen anti-asing atau xenofobia di negara itu.

Pada Senin, 27 Februari 2017, polisi Afrika Selatan menjelaskan, sekitar 100 orang menjarah toko-toko milik imigran di Johanesburg pada Minggu malam dalam gelombang baru serangan xenofobia.

"Kami telah menindaklanjuti laporan dan akan menangkap pelaku," kata juru bicara polisi, Brigadir Mathapelo Peters, seperti yang dilansir Vanguard pada 27 Februari.

Serangan terbaru itu mengingatkan kembali kekerasan xenofobia pada 2008 dan 2015 yang mengakibatkan kematian warga asing dan ratusan imigran mengungsi. Mereka terlalu takut untuk terus hidup dalam komunitas baru mereka tersebut.

Dengan berakhirnya apartheid pada 1994, Afrika Selatan membuka diri kepada dunia. Kebijakan itu membuat aliran imigran dari seluruh Afrika ke selatan untuk mencari keselamatan dan peluang hidup yang lebih baik. Afrika Selatan menjadi tempat yang paling cepat berkembang dan ekonomi terbesar di benua itu.

Namun saat ini dengan ekonomi yang cenderung bergerak lamban seiring dengan meningkatnya pengangguran, beberapa warga asli lantas menuduh orang asing yang telah mencuri pekerjaan mereka. Mereka juga menuduh imigran terlibat dalam kegiatan kriminal, seperti menjajakan narkoba dan prostitusi.

Sentimen anti-imigran terus meningkat dengan tokoh masyarakat dan beberapa orang yang duduk di pemerintahan mengobarkan retorika berbahaya dengan meniru apa yang terjadi di beberapa bagian Eropa dan Amerika Serikat.

Seperti yang dilaporkan NPR.ORG, pemerintah Afrika Selatan dituding menjadikan kaum imigran yang kebanyakan berasal dari Somalia dan Nigeria sebagai kambing hitam untuk membendung kemarahan warganya terkait dengan krisis di dalam negeri.

Wali Kota Johannesburg Herman Mashaba juga telah dituduh menghasut kekerasan akhir-akhir ini. Dia mulai berkuasa pada Agustus lalu dan sejak itu membuat banyak pernyataan kontroversial yang menyebutkan imigran sebagai penjahat.

Sebelum penjarahan di Johanesburg, pemerintah bahkan memberi izin untuk sekelompok orang menggelar unjuk rasa anti-imigran di Pretoria pada Jumat pekan lalu yang kemudian berubah menjadi kekerasan. Pemicunya ketika beberapa demonstran berusaha menyerbu ke pinggiran Kota Pretoria Barat yang merupakan rumah bagi sebuah komunitas yang didominasi imigran.

Polisi dipaksa untuk menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa anti-imigran, setelah massa menjarah toko yang diyakini milik imigran. Lebih dari 150 orang ditangkap dalam insiden itu.

Para imigran di daerah itu pun bersumpah untuk melawan, sehingga membuat polisi antihuru-hara dikerahkan untuk menghindari kekerasan skala besar antar-kedua kelompok.

Sebelumnya, rumah dan toko milik imigran asal Nigeria dihancurkan pada 5 dan 18 Februari, dengan kerugian jutaan dolar.

Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Khadijah Abba-Ibrahim bertemu dengan perwakilan dari Nigeria, Lulu Aaron-Mnguni, untuk membahas isu tersebut.

AL JAZEERA | NPR.ORG | VANGUARD | YON DEMA

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

6 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

7 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

14 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

25 hari lalu

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.

Baca Selengkapnya

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

34 hari lalu

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

21 Februari 2024

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.

Baca Selengkapnya

Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

16 Februari 2024

Daya Tarik Malawi yang Baru Menerapkan Bebas Visa untuk 79 Negara

Baru-baru ini, Malawi menerapkan bebas visa masuk untuk 79 negara

Baca Selengkapnya

Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

13 Februari 2024

Mengaku Bawa Ikan Kering, Turis Amerika Ini Kedapatan Bawa Mumi Monyet dari Afrika

Keberadaan bangkai monyet itu diketahui setelah seekor anjing Bea Cukai mengendus sesuatu yang tidak biasa di bagasi seorang pelancong dari Afrika.

Baca Selengkapnya

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah

Baca Selengkapnya

Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

16 Januari 2024

Presiden Perempuan Pertama Liberia, Berikut Perjalanan Ellen Johnson Sirleaf

Tepat 16 Januari 18 tahun yang lalu, Ellen Johnson Sirleaf dilantik menjadi presiden perempuan pertama Liberia. Berikut perjalanan hidup Ellen Sirleaf

Baca Selengkapnya