Global Witness Ungkap Skandal Korupsi PM Kamboja Hun Sen

Reporter

Kamis, 7 Juli 2016 19:13 WIB

Keluarga Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, phnompenhpost.com

TEMPO.CO, Phnom Penh - Keluarga penguasa Kamboja dilaporkan telah membangun kerajaan bisnis besar dengan dana yang diperoleh melalui Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Laporan mengenai skandal keluarga Perdana Menteri Hun Sen tersebut, dirilis lembaga swadaya masyarakat Global Witness pada Kamis, 7 Juli 2016.

Menggunakan catatan yang diperoleh dari database pemerintah, diketahui bahwa keluarga Hun telah mengendalikan saham di perusahaan bernilai lebih dari US$ 200 juta (Rp 2,6 triliun), dengan modal yang diperoleh dari hasil korupsi keuangan negara. Keluarga Hun Sen memiliki saham di jejaring produsen merk internasional termasuk Apple, Nokia, Visa, Unilever, Procter & Gamble, Nestlé, Durex dan Honda.

"Luasnya kepemilikan saham di sektor swasta oleh keluarga Hun, dikarenakan mereka memiliki akses ke sumber daya negara dan kekebalan mereka dari sistem hukum Kamboja. Hal itu menunjukkan fakta bahwa kekayaan Hun Sen dibangun dengan korupsi besar," kata laporan itu, seperti yang dilansir Al Jazeera pada 7 Juli 2016.

Patrick Alley, pendiri sekaligus CEO Global Witness yang melakukan investigasi mengatakan KKN yang dilakukan oleh Hun Sen sangat kronis. Hampir semua kerabatnya mengisi posisi penting dalam struktural pemerintahannya.

Selain itu, Alley mengungkapkan bahwa penindasan dan kekerasan terus berlanjut, terutama kepada penentang dan partai oposisi yang selama ini gencar melawan ketamakan Hun. Banyak di antaranya yang dipenjara tanpa melaui pengadilan, sementara para kroninya bebas berbuat apa saja sesuka hati.

Alley juga mengatakan bahwa kekayaan keluarga Hun Sen diperoleh dengan mengorbankan warga Kamboja, yang sebagian besar masih hidup dalam garis kemiskinan.

"Perlakuan istimewa ini harus diakhiri dan penegakan hukum harus diterapkan secara adil untuk semua orang, bahkan keluarga perdana menteri," kata Alley.

Hasil investigasi ini dipublikasikan bertepatan dengan masuknya aliran investasi asing Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta di tengah isu bergabungnya Kamboja dalam pakta perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP).

Untuk menghindari kemungkinan litigasi di bawah undang-undang anti-korupsi asing, Global Witness meminta calon investor Kamboja untuk menggunakan data yang mereka peroleh untuk melakukan due diligence secara menyeluruh.

AL JAZEERA|YON DEMA

Berita terkait

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

4 jam lalu

5 Negara Terkecil di Asia Tenggara Berdasarkan Luas Wilayah

ASEAN terdiri dari 11 negara yang berlokasi di Asia Tenggara. Ini dia negara terkecil di Asia Tenggara berdasarkan luas wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

3 hari lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

3 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

8 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

9 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

26 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

38 hari lalu

Thailand Berencana Legalisasi Kasino untuk Tingkatkan Pemasukan dan Lapangan Kerja

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan jika disahkan oleh parlemen, undang-undang kasino akan menghasilkan lebih banyak lapangan kerja

Baca Selengkapnya

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

49 hari lalu

Terkini: Dampak Ekonomi Konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura Tembus Rp 11 Triliun, Harga Tiket Promo AirAsia Rute Internasional Mulai Rp 990 Ribuan

LPM FEB UI meneliti dampak ekonomi dari konser Taylor Swift dan Coldplay di Singapura. Perhelatan konser dua bintang dunia tersebut tembus Rp 11 T.

Baca Selengkapnya

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

49 hari lalu

Untuk Idul Fitri, Indonesia Impor 22 Ribu Ton Beras dari Kamboja

Pemerintah mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja untuk memenuhi kebutuhan stok beras menjelang Idul Fitri 1445H, selain mengandalkan produk nasional

Baca Selengkapnya

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

54 hari lalu

Pariwisata Kamboja dan Malaysia Paling Cepat Pulih di Asia Tenggara, Bagaimana Indonesia?

Sebuah perusahaan riset mengungkap tingkat pemulihan industri pariwisata Asia Tenggara dilihat dari kunjungan wisatawan asing, Kamboja paling tinggi.

Baca Selengkapnya