Brexit, PM Hongaria: Uni Eropa Perlu Dengarkan Suara Rakyat  

Reporter

Jumat, 24 Juni 2016 19:15 WIB

Sejumlah anggota yang setuju Inggris keluar dari Uni Eropa berteriak setelah melihat hasil penghitungan suara referendum Uni Eropa di Sunderland ditutup di London, Inggris, 23 Juni 2016. REUTERS/Toby Melville

TEMPO.CO, Budapest - Pilihan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa menunjukkan bahwa Uni Eropa harus mendengarkan suara rakyat dan memberikan jawaban yang tepat untuk masalah penting seperti migrasi, kata Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, Jumat, 24 Juni 2016.

Orban mengatakan kepada radio publik bahwa masalah migrasi memiliki peran kunci dalam debat rakyat Inggris menjelang referendum Kamis.

"Brussel harus mendengar suara rakyat, ini adalah pelajaran terbesar dari keputusan ini," kata Orban.

Orban mengatakan rakyat Inggris tidak puas dengan kebijakan yang diambil Uni Eropa terkait krisis migrasi.

"Mengapa Hongaria bergabung dengan Uni Eropa? Hongaria bergabung dalam Uni Eropa karena kami percaya pada Eropa yang kuat," kata Orban.

"Tapi Eropa yang kuat hanya akan terwujud jika dapat memberikan jawaban terhadap isu-isu utama seperti imigrasi, yang akan memperkuat Eropa sendiri dan tidak melemahkannya. Uni Eropa gagal memberikan jawaban tersebut. " Orban mengatakan mayoritas warga Inggris telah menafsirkan reaksi Uni Eropa terhadap krisis migrasi sebagai suatu hal yang akan melemahkan Eropa.

Dia menambahkan bahwa negara-negara Visegrad di Eropa Tengah akan segera membahas tentang keputusan rakyat Inggris.

Ketika ditanya apa yang akan terjadi terhadap ratusan ribu rakyat Hongaria yang bekerja di Inggris, Orban mengatakan solusi yang paling mungkin adalah Inggris menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa yang menyebutkan bahwa masalah tersebut akan ditangani.

Hasil jajak pendapat atau referendum memastikan Inggris keluar dari Uni Eropa. Dengan demikian, Inggris menjadi negara pertama yang meninggalkan Uni Eropa sejak negeri Ratu Elizabeth II ini bergabung pada 1973, kala itu masih bernama EEC (European Economic Community).

Menurut laman BBC, Jumat, proses pemisahan Inggris dari Uni Eropa bisa memakan waktu minimal dua tahun.

Selain itu, Perdana Menteri David Cameron harus memutuskan menggunakan Pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang akan memberikan waktu dua tahun bagi Inggris untuk bernegosiasi.

Pasal 50 juga menyebutkan bahwa suatu negara tidak dapat bergabung kembali ke dalam Uni Eropa tanpa persetujuan dari semua negara anggota.

Namun, bagi kelompok pro-Brexit, Boris Johnson dan Michael Gove, Cameron tidak perlu terburu-buru untuk memutuskan. Mereka justru ingin adanya perubahan sesegera mungkin sebelum Inggris benar-benar meninggalkan Uni Eropa.

Pemerintah juga diminta bernegosiasi dengan Uni Eropa soal hubungan perdagangan di masa depan serta memperbaiki kerja sama perdagangan dengan negara-negara non-Uni Eropa.

Sementara itu, pasar finansial dunia turun seiring hasil referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, dengan 51,8 persen lebih banyak warga Inggris yang memilih keluar dari Uni Eropa.

Mata uang sterling menderita penurunan terbesar hingga 10 persen terhadap dollar AS, posisi terendah sepanjang 31 tahun terakhir. Penurunan itu mengekspresikan ketakutan masyarakat akan dampak keputusan keluar Inggris dari Uni Eropa pada perekonomian terbesar kelima dunia tersebut.
ANTARA | REUTERS

Berita terkait

Kilas Balik Tragedi Brexit 2016, Sedikitnya 12 Pemudik Tewas dalam Arus Mudik Lebaran

21 hari lalu

Kilas Balik Tragedi Brexit 2016, Sedikitnya 12 Pemudik Tewas dalam Arus Mudik Lebaran

Tragedi macet terparah mudik pada 2016. Kilas balik tragedi Brexit yang tewaskan belasan orang.

Baca Selengkapnya

Survei: 54 Persen Warga Inggris Menilai Brexit Berdampak Negatif ke Ekonomi Negara

1 Januari 2024

Survei: 54 Persen Warga Inggris Menilai Brexit Berdampak Negatif ke Ekonomi Negara

Hasil sebuah survei menemukan Brexit dianggap telah berdampak negatif secara keseluruhan pada perekonomian negara.

Baca Selengkapnya

Pelancong Inggris Gagal Liburan ke Spanyol karena Aturan Paspor, Rugi Puluhan Juta

23 Agustus 2023

Pelancong Inggris Gagal Liburan ke Spanyol karena Aturan Paspor, Rugi Puluhan Juta

Sebelum Brexit, pelancong Inggris tak perlu aturan paspor yang dikeluarkan dalam 10 tahun terakhir untuk memasuki negara-negara Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa

9 Juli 2023

Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa

Editha Nurida merupakan lulusan Universitas Padjadjaran atau Unpad yang pernah terlibat dalam acara bergengsi PFUE pada 2022.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Inggris Klaim Brexit Tidak Gagal

17 Mei 2023

Pemerintah Inggris Klaim Brexit Tidak Gagal

Juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak menyatakan kepergian Inggris dari Uni Eropa bukanlah sebuah kegagalan, menanggapi sejumlah kritik.

Baca Selengkapnya

Raja Charles Menuju Jerman, Perjalanan Luar Negeri Pertama Sebagai Raja

29 Maret 2023

Raja Charles Menuju Jerman, Perjalanan Luar Negeri Pertama Sebagai Raja

Kunjungan Raja Charles ini dipandang sebagai dorongan terhadap PM Inggris Rishi Sunak untuk mengatur ulang hubungan dengan Eropa.

Baca Selengkapnya

Mulai 2024, Warga Inggris Kena Biaya Tambahan untuk Masuk Negara Uni Eropa

2 Maret 2023

Mulai 2024, Warga Inggris Kena Biaya Tambahan untuk Masuk Negara Uni Eropa

Biaya tambahan itu adalah konsekuensi dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Pengacara Putri Candrawathi Cecar Adik Yosua soal Perempuan dan Tempat Hiburan Malam

1 November 2022

Pengacara Putri Candrawathi Cecar Adik Yosua soal Perempuan dan Tempat Hiburan Malam

Pengacara Putri Candrawathi mencecar adik Yosua soal kedekatan kakaknya dengan sejumlah perempuan dan kebiasaannya ke tempat hiburan malam.

Baca Selengkapnya

Bandingkan Ukraina dengan Brexit, Boris Johnson Banjir Kecaman

21 Maret 2022

Bandingkan Ukraina dengan Brexit, Boris Johnson Banjir Kecaman

Boris Johnson mendapat kecaman setelah membandingkan Brexit dengan perang Ukraina.

Baca Selengkapnya

Perang Rusia Ukraina, Mahasiswa Indonesia di Moskow Rasakan Dampak Akademik

4 Maret 2022

Perang Rusia Ukraina, Mahasiswa Indonesia di Moskow Rasakan Dampak Akademik

Sanksi ke Rusia oleh Barat dirasakan Amalia, mahasiswa Indonesia di Moskow. Ia terancam tak bisa ikut konferensi di Harvard dan sekolah di Prancis.

Baca Selengkapnya