ISIS menghancurkan tempat-tempat suci Muslim kuno di Palmyra. Getty Images
TEMPO.CO, Damaskus - Pasukan pemerintah Suriah menduduki kota kuno bersejarah Palmyra, Sabtu kemarin. Pasukan itu datang dari seluruh penjuru kota dengan serangan darat dan udara. Gempuran dan serangan serius sudah dilancarkan sejak tiga pekan lalu oleh pemerintah dan militer Suriah untuk merebut Palmyra dari tangan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Pasukan Suriah sudah menduduki Palmyra dari bagian barat dan utara kota, pasukan juga bertempur di selatan kota,” ujar Direktur Observatorium HAM Suriah, Rami Abdulrahman, seperti dilansir Reuters, Sabtu, 26 Maret 2016. Kota Palmyra merupakan kota bersejarah, di mana terletak situs sisa reruntuhan kota kuno peninggalan Romawi, yang dilindungi UNESCO.
Palmyra diduduki ISIS sejak Mei 2015. Sebagian penduduk Palmyra mengungsi setelah kotanya diambil alih ISIS. Palmyra kota penting menuju sisi timur Suriah. ISIS sempat meledakkan dua bangunan bersejarah di Palmyra, yaitu Kuil Bel dan Baal Shamin. PBB mengutuk aksi ISIS tersebut dengan menandainya sebagai kejahatan perang.
Pemerintah Suriah lalu memindahkan ratusan patung dan prasasti kuno yang tersisa ke tempat aman untuk menghindari kemungkinan serangan yang menghancurkan lainnya. Direbutnya Palmyra dari ISIS dianggap sebagai titik balik kemajuan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, dengan sekutunya. Sekutu yang dimaksud salah satunya adalah Rusia.
Negara Beruang Merah telah membantu Suriah melakukan serangan udara, meski kemudian mengurangi kehadiran militernya di Suriah. Terlebih, semenjak seorang anggota pasukan khusus Rusia tewas di dekat Palmyra beberapa waktu lalu.