Demi Gulingkan Najib, Anwar Ibrahim dan Mahathir Bersatu
Editor
Martha Warta Silaban
Jumat, 4 Maret 2016 17:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Datuk Seri Anwar Ibrahim yang sedang menjalani hukuman penjara menyatakan dukungan terhadap mantan Perdana Menteri, yang juga musuh lamanya, Tun Dr Mahathir Mohamad dalam usahanya memberi tekanan kepada Datuk Seri Najib Tun Razak, Perdana Menteri Malaysia saat ini, untuk mengundurkan diri.
"Saya mendukung pendirian mitra dari masyarakat sipil, partai politik, dan individu-individu, termasuk Tun Dr Mahathir, Tan Sri Muhyiddin Yassin, dan lain-lain, untuk memobilisasi kekuatan dan kesepahaman bersama seperti disuarakan oleh pemimpin oposisi baru-baru ini. Kesepahaman bersama ini akan berfokus untuk menuntut pengunduran diri Najib selaku Perdana Menteri yang telah nyata gagal menjalankan negara," kata Anwar dalam satu pernyataan melalui situs Facebook-nya pada Kamis, 3 Maret 2016.
Intervensi Anwar dari sel penjaranya menandai perkembangan dramatis terbaru dalam kekacauan politik yang bahkan telah digambarkan oleh adik Najib, Nazir Razak, sebagai "Game of Thrones" Malaysia.
Anwar kini menjalani hukuman penjara lima tahun di penjara Sungai Buloh atas tuduhan mencabuli bekas pembantunya, Mohd Saiful Bukhari Azlan, tujuh tahun lalu.
Mantan wakil perdana menteri yang dipecat dari UMNO pada 1998 yang masa itu dipimpin Mahathir mengatakan sudah saatnya rakyat bersatu dalam usaha ini tanpa membatasi agenda dan permusuhan pribadi.
"Kita harus menyusun peta jalan baru untuk menyelamatkan negara," katanya, seperti yang dilansir Star Online pada 3 Maret 2016.
Anwar mengatakan tuntutan perubahan itu akan melibatkan reformasi institusi utama dalam negara. Bahkan, kata dia, hak rakyat harus dikembalikan melalui sistem pemilu dan peradilan yang bersih, serta media yang bebas.
"Kebijakan ekonomi juga harus diubah untuk mengutamakan ulang upaya ke arah pertumbuhan yang segar dan distribusi kekayaan yang adil," kata Anwar.
Dia mengatakan warga sudah belajar dari sejarah bahwa transisi kekuasaan yang berarti bukanlah transisi tokoh semata, melainkan perubahan sistem.
Dengan bersatunya Partai Keadilan Rakyat (PKR) pimpinan Anwar dengan Mahathir, yang notabene adalah musuhnya, menandakan berakhirnya permusuhan selama hampir 22 tahun.
Meskipun demikian, Nurul Izzah, anak sulung Anwar, mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa "semangat" persatuan untuk menggulingkan Najib tidak lantas membebaskan Mahathir dari "pelanggaran dan kesalahan masa lalunya, termasuk kesalahan perhitungan ekonomi yang besar saat masih berkuasa."
Pernyataan Anwar hadir setelah Muhyiddin menyatakan kesiapan untuk bergabung dengan himpunan pada 27 Maret ini untuk mendesak pengunduran diri Najib sebagai perdana menteri.
Rencana itu mendapat dukungan dari mantan perdana menteri Dr Mahathir yang sudah menyatakan kesediaan untuk turut serta dalam himpunan tersebut.
Anwar merupakan penasihat Partai Keadilan Rakyat dan ketua umum Pakatan Rakyat, yang merupakan oposisi Malaysia. Semasa awal politiknya, dia merupakan 'anak didik' Mahathir Mohamad, tapi kemudian dia tampil sebagai seorang pengkritik Mahathir yang lantang.
Dia didepak dari UMNO setelah berbeda visi dengan Mahathir, terutama pada krisis Asia 1998. Saat itu Anwar yang merupakan wakil perdana menteri ingin meminjam uang di Bank Dunia dan IMF, tapi tidak disetujui Mahathir yang memegang jabatan perdana menteri saat itu.
Anwar juga pernah mencoba menggulingkan Mahathir dari UMNO setelah menganggap dia tidak terlalu islami.
THE STAR ONLINE | TELEGRAPH | THE MALAYSIAN INSIDER|YON DEMA