Puing-puing kendaraan di mana dua bom meledak di lingkungan pro-pemerintah Zahra, di provinsi Homs, Suriah, 21 Februari 2016. Setidaknya 46 orang tewas dalam dua serangan bom mobil tersebut. SANA via AP
TEMPO.CO, Damaskus - Hampir 130 orang tewas dalam serangkaian teror bom di Suriah, Ahad, 21 Februari 2016, waktu setempat. Seperti diberitakan CBS News, serangan di Kota Damaskus dan Homs terjadi ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengumumkan gencatan senjata pada tahap awal.
Sore hari, dua ledakan bom mobil terjadi di sebuah perumahan di Homs, yang merupakan wilayah pro-Assad. Kelompok anti-pemerintah dan Iraq and Syria Islamic States (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Beberapa jam kemudian, di pinggiran Kota Damaskus, beberapa bom berkekuatan lebih besar meledak.
Semua pihak bersedia menegosiasikan gencatan senjata sementara. Akhir pekan ini, Presiden Irak Bashar al-Assad mengatakan secara terbuka dalam sebuah wawancara, "Jelas, dan kami mengumumkan bahwa kami siap (melakukan gencatan senjata)." Namun hal ini terkendala karena Assad dan para pejuang oposisi tidak saling percaya.
Di Kota Aleppo, kota terbesar di Suriah, pesawat Rusia dan tentara Suriah bekerja sama memotong jalur pasokan senjata oposisi. Ini dapat menjadi salah satu alasan pemerintah Suriah dapat mendorong gencatan senjata.
Tekanan juga datang dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa hari mendatang. Pembicaraan itu diharapkan dapat menghentikan segala bentuk kekerasan.
Dua pekan sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov mengatakan Rusia siap melakukan gencatan senjata. Gatilov mengatakan hasil perundingan damai dapat diketahui sebelum 25 Februari 2016. Seorang pejabat juga mengusulkan gencatan senjata di Suriah dimulai pada 1 Maret 2016.