Tentara pemerintah saat melakukan operasi pembersihan ranjau yang ditanam oleh kelompok al-Houthi di Marib, Yaman, 4 Oktober 2015. Yaman mengusir Duta Besar Iran karena diduga Iran menjadi pemasok senjata dan ranjau ke pemberontak Houthi. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Sanaa - Puluhan warga sipil di Yaman tewas setelah mereka terperangkap di medan tempur yang melibatkan pasukan pemerintah melawan pemberontak di Kota Taiz. Taiz, kota terbesar ketiga Yaman, dikuasai oleh kaum Houthis selama berbulan-bulan.
Di kota ini dikabarkan sejumlah rumah sakit sudah tidak bisa beroperasi karena minimnya suplai tenaga medis dan obat-obatan. Buntut dari pertempuran sengit di kawasan ini, ratusan warga sipil tewas dan meninggalkan masalah kemanusiaan yang memilukan.
Laporan Al Jazeera, Jumat, 5 Februari 2016, menyebutkan layanan mendasar bagi warga sipil di kota ini juga tidak berjalan. "Masyarakat sangat ketakutan atas berkembangnya berbagai penyakit. Asap hitam membubung di mana-mana, ditimbulkan oleh ledakan bom yang digunakan oleh kedua belah pihak," tulis Al Jazeera, Jumat.
Pasukan propemerintah tidak sanggup mendekati Kota Taiz setelah mereka mendapat perlawanan sengit kaum Houthi. Mereka mencoba menuju Sanaa dari Jawf, Marib, dan Nehem. "Pasukan pemerintah dan pejuang propemerintah mengaku berhasil menduduki wilayah yang menghubungkan Sanaa melalui Marinb dan Jawf," kata Al Jazeera.
Para pejuang propemerintah menerangkan mereka sekarang berada di atas pegunungan di Nehem. Sehingga mereka bisa dengan mudah memotong jalur suplai ke pejuang Houthi dan pasukan pengawal Republik loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Namun, dalam pertempuran sengit di dekat kamp militer dan gudang senjata, lebih dari 60 tentara dan pejuang dari kedua belah pihak tewas. Pejuang Houthi mendapat dukungan dari penduduk pedalaman di Provinsi Sanaa dan secara perlahan mengalami kemajuan menguasai pangkalan militer Yaman.