Kabut Asap Indonesia, Malaysia Mulai Hitung Ongkos Pengobatan

Reporter

Senin, 5 Oktober 2015 10:22 WIB

Pemandangan patung Suku Dayak yang diselimuti asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 1 Oktober 2015. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah titik panas di Kalimantan menurun, meski demikian kabut asap tetap mengkhawatirkan. ANTARA/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Kuala Lumpur -- Malaysia mulai menghitung biaya pengobatan yang harus ditanggung warga dan pemerintah Malaysia setiap tahun karena kabut asap dari Indonesia. "Kami sudah menghabiskan terlalu banyak biaya pengobatan, terutama bagi mereka yang punya masalah pernapasan," kata Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi, Wakil Perdana Menteri Malaysia, seperti dilansir The Star, Minggu, 4 Oktober 2015.

Karena itu, meski menyambut baik langkah Presiden Joko Widodo dalam menangani kabut asap, Malaysia, menurut Zahid Hamidi, tetap menganggap proses penanganan asap terlalu lama untuk terbukti efektif. "Ada langkah yang diambil dan kami bersyukur untuk itu, tapi sejauh ini tidak cukup," kata Zahid.

Zahid berkomentar seperti ini menanggapi pernyataan Presiden Indonesia Joko Widodo yang dilansir BBC pada Selasa pekan lalu, bahwa pemerintah Indonesia memerlukan waktu tiga tahun untuk memperlihatkan hasil upaya mengakhiri kebakaran dan kabut asap. Menurut Jokowi, "Ini bukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cepat."

Jokowi juga melaporkan bahwa lebih dari 3.700 tentara, hampir 8.000 petugas polisi, dan empat pesawat pengebom air di Indonesia telah dikerahkan untuk memadamkan api.

Menurut Zahid, Menteri Sumber Daya Alam dan Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Datuk Seri Wan Junaidi Tunku Jaafar juga telah dikirim untuk berdiskusi dengan pemerintah Indonesia tentang langkah untuk mengatasi masalah tersebut.

Kantor berita Malaysia, Bernama, kemarin juga mengutip komentar Zahid yang menyatakan bahwa ia berharap Indonesia bisa membahas langkah-langkah jangka panjang untuk mengatasi krisis asap ini. "Kami berharap komitmen tidak hanya di atas kertas atau sekadar pernyataan yang enak didengar telinga, tapi melalui pelaksanaan yang bisa mengakhiri semua masalah kabut," katanya.

Polusi asap yang terjadi tahun ini, yang berdampak besar bagi negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, merupakan yang terburuk—melebihi angka kerugian US$ 9 miliar yang dicatat dalam kasus serupa pada 1997. Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, juga memperingatkan bahwa kabut asap tahun ini bisa masuk dalam kategori yang terburuk.

A.MANAN | THE STAR | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

12 jam lalu

Perusahaan Malaysia dan Jermat Minat Investasi di IKN, OIKN Sebut 3 LoI, Rencana Kantor Kedubes Pindah hingga..

Deputi Otorita IKN Agung Wicaksono menyatakan beberapa perusahaan dari Malaysia dan Jerman telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

2 hari lalu

KFC Malaysia Tutup 100 Gerai di Tengah Marak Aksi Boikot Pro-Israel

KFC menutup 100 gerainya di Malaysia. Perusahaan mengaku karena ekonomi sulit. Media lokal menyebut karena terdampak boikot pro-Israel.

Baca Selengkapnya

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

3 hari lalu

8 Makanan Oleh-Oleh Khas Malaysia yang Kekinian dan Murah

Saat melancong ke Malaysia, jangan lupa membeli oleh-oleh khas Malaysia yang kekinian dan murah. Berikut ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

3 hari lalu

Bukan Hanya Malaysia , 3 Negara Asia Tenggara ini Pernah Lakukan Pencurian Ikan di Indonesia

Sejumlah nelayan dari negara tetangga beberapa kali terlibat pencurian ikan di perairan Indonesia

Baca Selengkapnya

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

4 hari lalu

Desain Unik Skywalk Terpanjang di Dunia yang Baru Dibuka di Langkawi

Langkawi menyuguhkan objek wisata baru berupa skywalk dengan desain untuk

Baca Selengkapnya

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

5 hari lalu

Piala Asia U-23 2024: Timnas U-23 Indonesia Jadi Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Melaju ke Semifinal

Timnas U-23 Indonesia akan berduel melawan Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 pada senin malam WIB, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

5 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Pekerja Migran di Badau Perbatasan Indonesia-Malaysia

Supriyanto mengatakan puluhan pekerja migran tersebut rata-rata berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

6 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak Masyarakat Berobat ke Luar Negeri, Ini 3 Negara Populer Tujuan Wisata Medis WNI

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masih banyak masyarakat berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya