Warga Palestina berdemo di depan Dome of the Rock, setelah terjadi bentrokan di kompleks suci di Yerusalem, 27 September 2015. Pasukan Israel mendesak warga Palestina hingga ke dalam masjid Al-Aqsa dan dibalas dengan lemparan batu. AHMAD GHARABLI/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Gaza - Bentrok keras berlangsung di daerah pendudukan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, menyusul konfrontasi antara warga Palestina dan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Anggota Knesset (parlemen Israel) dari koalisi Daftar Gabungan Arab, Jamal Zahalka, menyempatkan hadir di kompleks Al-Aqsa, Selasa, 29 September 2015, untuk memprotes kunjungan organisasi Yahudi dan membatasi kunjungan jemaah Palestina di kawasan tersebut.
"Kami tak memiliki masalah dengan tetamu Yahudi. Kami bermasalah dengan kelompok yang datang untuk memprovokasi warga Palestina," ucap Zahalka, kepada Al Jazeera. Zahalka menuding organisasi sayap kanan Israel sebagai pelaku provokasi.
Sejak Senin pagi, 28 September 2015, waktu setempat, kaum lelaki Palestina di bawah usia 50 tahun dilarang mengunjungi masjid, sementara itu kaum wanita bebas memasuki masjid. Juru bicara militer Israel tak bersedia memberikan komentar soal pembatasan tersebut.
Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam. "Masjid ini berada di daerah pendudukan dan warga Palestina memiliki hak mempertahankan tempat ibadah mereka," ucap Zahalka. "Kami menolak normalisasi kunjungan Yahudi Israel ke masjid," lanjutnya.
Anggota Knesset mewakili suara warga Palestina ini mendesak dilakukannya penyatuan antara Partai Fatah di Tepi Barat dan Hamas di Jalur Gaza. "Kami ingin melihat persatuan di Tepi Barat dan Jalur Gaza guna mendukung Al-Aqsa," kata Zahalka.