Gajah Sumatera Tewas, Pengguna Medsos Dalam dan Luar Negeri Marah
Editor
Grace gandhi
Rabu, 23 September 2015 05:24 WIB
TEMPO.CO , Jakarta: Seekor gajah Sumatera yang terancam punah, yang berada di proyek konservasi satwa liar di Sumatera, Indonesia, ditemukan tewas.
Gajah yang oleh penduduk lokal dipanggil Yongki itu diketahui telah bekerja sama dengan penjaga hutan untuk menghentikan gajah liar merusak desa-desa di Pulau Sumatera.
Sebagaimana dilansir dari laman BBC, 22 September, tubuh gajah berusia 35 tahun itu ditemukan pada Jumat pekan lalu, dekat dengan kamp di Taman nasional, tempat di mana ia tinggal.
Kematiannya memantik simpati berupa ungkapan kesedihan dan kemarahan di media sosial.
Penyebab resmi kematian tidak diketahui, tetapi pawang Yongki mengatakan gajah tersebut diduga telah diracuni. "Dia adalah gajah yang baik," kata Nazaruddin, Ketua Mahout Forum Indonesia, kepada kantor berita AFP seperti dikutip BBC.
Menurut Nazaruddin, penjaga lain di daerah itu sangat terguncang. "Kami berduka karena kehilangan gajah yang telah membantu kami dalam menangani konflik dan membantu polisi patroli hutan," katanya.
Ada kurang dari 3.000 gajah Sumatera yang tersisa di alam liar. Menurut World Wildlife Fund, jumlahnya telah turun 80 persen dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun.
Organisasi lingkungan itu menuduh musim gugur dan konflik dengan manusia sebagai penyebab utama hewan besar itu kehilangan habitat, termasuk peningkatan perburuan gading.
Seperti dilansir dari laman BBC, ribuan orang telah menggunakan Twitter untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas kematian Yongki dengan menggunakan (hashtag) #RIPYongki.
Bahkan orang dari negara lain pun turut mengomentari kejadian memilukan tersebut. "Saya benar-benar malu menjadi manusia. Mohon maaf, Yongki - Gajah yang cantik," kata pengguna Twitter asal Swedia, Salena Merrick di Stockholm.
"Hati saya terluka. Perdagangan gading perlu dilarang di seluruh dunia," kata pengguna Twiter di luar negri lainnya.
Sementara di dalam negeri, tidak sedikit pengguna media sosial yang ikut berpendapat. Santi Sundari, seorang pengguna Twitter di Jakarta, mengatakan: "Bukti bahwa manusia jauh lebih buas dari alam liar."
"Aku menangis membaca cerita ini. Saya mengutuk mereka yang melakukannya," tulis Rhyiezkyanhy Dhiafakhri Ramadhan di halaman Facebook BBC Indonesia.
Pengguna di media sosial juga menyerukan Pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian Yongki ini.
"Sudah saatnya kita menegakkan hukuman seumur hidup bagi para pemburu satwa yang dilindungi secara hukum," kata pengguna Facebook, Aprilia Putri.
Pengguna Facebook lain dari Medan, Susanne Iwanto, mengatakan "Terkenal sebagai hewan ramah atau tidak, berapa banyak lagi makhluk harus mati untuk memenuhi keserakahan manusia. Ini harus berhenti sekarang atau akan terlambat?"
BBC.COM | MECHOS DE LAROCHA