Sepuluh turis yang diduga warga asing terlihat melepaskan busananya di dekat puncak Donkey Ear, Gunung Kinabalu, Malaysia. Aksi yang diadukan pada 30 Mei lalu dipercaya oleh Joseph Pairin Kitingan, Wakil Menteri Besar Negara Bagian Sabah, sebagai penyebab gempa. Facebook.com
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Pihak berwajib Malaysia menahan empat pelancong asing terdiri dari dua asal Kanada, Inggris, dan Belanda. Menurut petugas, penahanan itu terkait dengan ulahnya membuka aurat di Gunung Kinabalu. Aksi tersebut, jelas petugas, menimbulkan kemarahan warga lokal dan memicu gempa bumi mematikan.
Sejumlah gambar yang beredar di jejaring media sosial menunjukkan 10 wisatawan menanggalkan seluruh pakaiannya sehingga memicu murka warga setempat menyusul gempa yang berlangsung pada Jumat pekan lalu yang menyebabkan 18 orang tewas.
"Enam wisatawan asing lainnya masih dalam pencarian," ujar polisi.
Gunung Kinabalu, salah satu situs warisan dunia yang dilindungi badan PBB UNESCO dan populer sebagai tujuan pendakian, dianggap sebagai tempat sakral bagi penduduk pedalaman Dusun Kadazan, Malaysia. Mereka menyakini bahwa puncak gunung ini menjadi tempat istirahat para dewa.
"Kami menahan empat pelancong asing pada Selasa, 9 Juni 2015, dan masih menguber enam lainnya. Kami akan menangkapnya," kata Jalaluddin Abdul Rahman, komisioner kepolisian untuk negara bagian Sabah, tempat Gunung Kinabalu berada. Jalaluddin menjelaskan, alasan penahanan itu adalah mereka telah mengganggu ketertiban umum.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.