Deklarasi Kuala Lumpur Kutuk Penyerangan ke Palestina
Reporter
Editor
Kamis, 31 Juli 2003 15:56 WIB
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur:Deklarasi Kuala Lumpur mengutuk eskalasi kekuatan militer yang dilakukan Israel terhadap pemerintahan sah Palestina. Itu menjadi salah satu butir dari 17 poin deklarasi yang dihasilkan dalam konferensi para menteri luar negeri negara-negara OKI (Organisasi Konferensi Islam) pada sidang hari ketiga di Kuala Lumpur, Rabu (3/4). Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar mengakui, konferensi banyak berbicara dalam sudut pandang politik. “Karena sulit dan alotnya perdebatan untuk mendefinisikan terorisme, akhirnya kita sepakat untuk mengadopsi dari Persatuan Bangsa-bangsa (PBB),” jelasnya. Wartawan Majalah Tempo dari Kuala Lumpur melaporkan, OKI mengajak masyarakat internasional untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi Palestina. Bahkan menuntut agar Palestina membangun kemerdekaannya sendiri dengan Kota Suci Al-Sharif sebagai ibukota negara, dan menolak setiap tudingan terorisme yang dilabelkan pada perjuangan rakyat Palestina. Deklarasi Kuala Lumpur dengan tegas menolak propaganda hitam yang dinisbatkan kepada Islam, perjuangan rakyat Palestina, dan Libanon. Menurut mereka, terorisme memiliki segala macam bentuk, menembus batas-batas agama, etnis, kelompok, dan kewarganegaran. Jadi, tak ada alasan begitu saja yang memudahkan satu negara untuk menyerang negara lain dengan tuduhan negara teroris. Terorisme tak akan bisa diselesaikan jika faktor penyebabnya tidak diberantas. Itu menyangkut pendudukan wilayah lain dan pelanggaran-pelanggaran hukum, baik dalam negeri maupun internasional. Deklarasi juga memberi mandat kepada 13 anggota komisi setingkat menteri agar menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan untuk mengimplementasikan Kode Etik dan Konvensi Pemberantasan Terorisme Internasional. Menteri-menteri OKI juga menolak setiap tudingan terorisme yang diarahkan terhadap Libanon dan negara-negara Islam lainnya. OKI siap melakukan koordinasi internasional untuk memberantas segala bentuk terorisme. Untuk itu, perlu disepakati definisi terorisme secara internasional. PBB diminta untuk menyelenggarakan konferensi internasional tentang terorisme, sehingga dapat dirumuskan arti kata terorisme. Menurut Syed Hamid Albar, terorisme adalah masalah global, sehingga perlu kesamaan pandang di tingkat internasional. Dia menilai masyarakat OKI tak ingin mengisolasi diri dari dunia internasional dalam memberantas terorisme. “Kami berharap bisa mengajak masyarakat internasional untuk mendefinisikan terorisme bersama-sama,” kata dia. Konferensi kali ini memang memberikan perhatian penuh terhadap masalah Israel. Syed mengakui, tak akan tercapai kesepakatan apapun tentang terorisme jika tentara Israel terus merangsek Palestina. Karena itu ia mengajak semua pihak untuk tidak emosi dan melakukan pendekatan secara rasional. Bahkan Hamid Albar menilai wajar jika ada sebagian negara OKI yang meminta Amerika Serikat menghentikan serangan militer Israel. “Kita tahu negara kuat seperti Amerika yang bisa menghentikan peperangan dan mencegah lebih banyak terbunuhnya rakyat sipil Palestina,” ujarnya. Rakyat Palestina pun menginginkan dihentikannya pembunuhan oleh tentara Israel. Hamid Albar menjelaskan, OKI akan menekan Dewan Keamanan PBB untuk melaksanakan resolusinya secara tegas. Bila resolusi konflik tercapai, Malaysia akan segera mengulurkan bantuannya untuk pemulihan Palestina. Sementara itu, Menteri Kehakiman dan HAM Yusril Ihza Mahendra melihat bahwa tekanan tak bisa dilakukan oleh OKI saja. “Negara-negara Liga Arab pun harus melakukannya,” tandasnya. Yang lebih penting, “Seluruh negara Islam harus mendesak Israel keluar dari Palestina.” (Rommy Fibri)
Berita terkait
5 Smartwatch yang Dilengkapi NFC, Bisa untuk Transaksi
48 detik lalu
5 Smartwatch yang Dilengkapi NFC, Bisa untuk Transaksi
Berikut ini beberapa smartwatch yang ada NFC. Selain untuk memantau kesehatan, smartwatch ini juga bisa digunakan untuk transaksi.