Kelompok pemberontak Houthi berjaga dijalan-jalan dekat istana presiden Yaman yang berhasil mereka kuasai di Sanaa, Yaman, 20 Januari 2015. (AP Photo)
TEMPO.CO, Sanaa - Amerika Serikat telah menarik lebih banyak lagi staf dari kedutaannya di Yaman. Penarikan ini merupakan pertanda awal bahwa pergolakan terbaru akan mempengaruhi operasi negara itu di Yaman. Empat bulan lalu, Presiden Barack Obama memberikan pujian tentang kemitraan AS dan Yaman pada bidang kontra-terorisme. Obama menyebut kemitraan ini sebagai contoh sukses.
Kontingen diplomatik AS di Sanaa telah ditarik karena situasi keamanan yang memburuk di ibu kota Yaman itu. Penarikan para staf, menurut pejabat AS, tanpa berencana menutup kantor kedutaan. (Baca: Diteror Milisi Houthi, Presiden Yaman Undur Diri)
Namun mereka mengatakan bahwa kekacauan yang melanda Yaman telah mengancam strategi pemerintah menghadang jaringan Al-Qaeda.
Penarikan ini dinyatakan saat Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi mengundurkan diri. Hal ini membuat Yaman semakin kacau setelah pemberontak Syiah Houthi, yang didukung Iran, menyerang istana kepresidenan. (Baca: Pejuang Houthi Kuasai Kota di Yaman)
Krisis tersebut menandai kemunduran bagi kebijakan AS di Timur Tengah ketika Obama berjuang melawan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang telah merebut sejumlah wilayah Irak dan Suriah. Pada saat yang sama, Washington berusaha membatasi pengaruh Iran di wilayah itu.
Departemen Luar Negeri AS telah mengurangi staf di kedutaan dalam beberapa bulan terakhir dan hanya menugaskan personel penting, terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan. Sebab, pejuang dari minoritas Syiah Houthi sedang menguasai ibu kota.
"Sementara kedutaan tetap terbuka dan terus beroperasi, kami dapat terus menyelaraskan kembali sumber daya berdasarkan situasi di lapangan," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepada Reuters. "Kami akan terus beroperasi seperti biasa, meskipun dengan mengurangi staf."