TEMPO Interaktif, Yangon:Myanmar sebagai negara terbesar kedua yang memproduksi opium, memusnahkan narkoba senilai lebih dari US$ 328 juta, Minggu (26/6). Pemusnahan dilakukan sebagai bukti dukungan terhadap peringatan Hari Internasional Melawan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Para pemimpin militer Myanmar langsung memimpin acara pemusnahan tersebut. Acara juga dihadiri para diplomat, pejabat PBB yang menangani masalah narkoba, dan sejumlah tokoh negara di Museum Pemusnahan Narkoba, Yangon. Di acara itu, sebanyak 625 kg opium, 759 kg heroin, 3 juta tablet amfetamin, 179 kg metamfetamin atau dikenal sebagai "es" dan 93 kg bubuk efedrin dimasukkan ke dalam alat pembakaran (insinerator).Menteri Dalam Negeri, Mayjen Maung Oo, menekan tombol untuk menyalakan api yang menghancurkan obat-obatan terlarang itu. Brigjen Khin Ye, Kepala Polisi Myanmar dan Sekretaris Komite Pusat Pengawasan Penyalahgunaan Narkoba, dalam pidatonya menjelaskan tim kepolisian antinarkoba Myanmar telah menekan produksi opium menjadi sekitar 370 ton pada tahun lalu. Padahal pada tahun 2002 saja masih mencapai 828 ton."Walaupun penanaman bunga poppy (tanaman penghasil opium) dan produksi opium telah ditekan di Myanmar, bahaya narkoba dari bahan amfetamin (amphetamine-type stimulants/ATS) menjadi ancaman baru," kata Khin Ye. Lembaga PBB yang menangani narkoba dan kejahatan (UNODC) dalam laporannya tahun lalu menyebutkan Myanmar telah mengambil sejumlah langkah penting sejak 1996 dalam menekan produksi opium. Upaya Myanmar ini dilakukan dalam mengejar masa eradikasi tanaman opium pada 2014 mendatang.Laporan itu juga menjelaskan luas lahan tempat penanaman tanaman opium di Myanmar berhasil ditekan sebesar 29 % tahun lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sekitar 1,2 juta orang penduduk myanmar diperkirakan terlibat dalam penanaman opium ini. Lahan terluas terletak di propinsi Shan yang berbatasan langsung dengan Cina. Tempat ini juga bagian dari Segitiga Emas yang terkenal selain Laos dan Thailand. Ami Afriatni/AFP