Petugas Kesehatan PBB Tewas Diserang Ebola  

Reporter

Selasa, 14 Oktober 2014 16:20 WIB

Seorang pria menyelimuti seorang anak bernama Saah Exco yang ditemukan sakit di sebuah gang di Monrovia, Liberia, 19 Agustus 2014. Saah yang berusia 10 tahun adalah salah satu pasien yang lari dari pusat perawatan suspek Ebola karena serangan massa Jumat malam lalu. John Moore/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi korban meninggal yang disebabkan oleh serangan virus ebola. Pekerja medis PBB, 56 tahun, meninggal Selasa pagi tadi, dilansir dari BBC. Ia dirawat di rumah sakit St. Georg, Leipzig, Jerman, mulai Kamis pekan lalu setelah positif terjangkit ebola.

"Tim medis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menangani pasien tersebut, namun infeksinya sudah dalam taraf serius sehingga ia tak tertolong," jelas seorang petugas rumah sakit St. Georg.

Menurut media cetak Der Spiegel, pasien tersebut merupakan pasien ketiga yang dirawat di Jerman. Satu pasien sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit Frankfurt, dan yang lainnya baru saja keluar dari rumah sakit Hamburg setelah perawatan selama lima pekan.

Ketua Badan Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan mengatakan kasus ebola yang mengguncang Afrika Barat lebih dari sekedar krisis kesehatan publik. "Saya tidak pernah melihat masalah kesehatan hingga mengancam kelangsungan hidup masyarakat separah ini terjadi di pemerintahan yang sangat miskin." kata Margaret, Senin, 13 Oktober 2014. "Saya tidak pernah menemui kasus infeksi penyakit sekuat ini, hingga berpotensi menyebabkan jatuhnya sebuah negara," imbuhnya.

Ebola meningkat statusnya dari krisis kesehatan publik menuju krisis perdamaian dan keamanan internasional. Pasalnya, dampak yang muncul sangat masif dibandingkan dengan kasus flu burung tahun 2009 dan SARS di tahun 2002-3.

New York Times melansir pada 13 Oktober 2014 bahwa lebih dari 4.000 orang meninggal dunia di kawasan Afrika Barat dan jumlah ini terus meningkat. Dampak yang ditimbulkan bukan hanya tentang kesehatan, namun merambah ke masalah sosial dan kestabilan ekonomi.

"Yang kaya mendapatkan pengobatan terbaik, yang miskin hanya dapat menunggu ajalnya," kata Margaret. "Rumor dan kepanikan menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri, dan itu memakan banyak biaya".

Bank Dunia memperkirakan 90 persen dari biaya ekonomi dunia berasal dari usaha masyarakat yang irasional dan tidak teroganisasi untuk menghindari infeksi Ebola.

INTAN MAHARANI | BBC | NEW YORK TIMES

Baca juga:
Bisnis di Facebook Bakal Tahan 10 Tahun Lagi
Rp 20 Triliun DPLK Perusahaan Migas Belum Tergarap
KPK Jajaki Kampanye Antikorupsi dengan Google
Bekasi Dirisak, Walikota Pilih Bangun Mal

Berita terkait

Tahun Baru 2024 di Gaza, Warga Palestina: Kami Ingin Hidup Seperti Manusia Lainnya

1 Januari 2024

Tahun Baru 2024 di Gaza, Warga Palestina: Kami Ingin Hidup Seperti Manusia Lainnya

Gaza memulai tahun baru 2024 dengan serangan Israel semalam yang menewaskan sedikitnya dua lusin orang

Baca Selengkapnya

Blokir Dua Bandara Tersibuk Amerika Serikat, Puluhan Demonstran Pro-Palestina Ditangkap

28 Desember 2023

Blokir Dua Bandara Tersibuk Amerika Serikat, Puluhan Demonstran Pro-Palestina Ditangkap

Pengunjuk rasa pro-Palestina memblokir lalu lintas di sekitar dua bandara Los Angeles dan Neww York, bandara tersibuk di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

UNICEF: Serangan Israel di Gaza Membunuh dan Melukai Lebih dari 400 Anak Palestina Setiap Hari

25 Oktober 2023

UNICEF: Serangan Israel di Gaza Membunuh dan Melukai Lebih dari 400 Anak Palestina Setiap Hari

UNICEF mengatakan 2.360 anak-anak tewas, dan 5.364 lainnya terluka menyusul pemboman Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Tema Hari Kesehatan Sedunia 2023, Begini Tantangan WHO Setarakan Layanan Kesehatan

7 April 2023

Tema Hari Kesehatan Sedunia 2023, Begini Tantangan WHO Setarakan Layanan Kesehatan

Selalu diperingati pada 7 April, berdirinya World Health Organization diperingati jadi Hari Kesehatan Sedunia.

Baca Selengkapnya

Pasien Covid-19 Jakarta Naik 735 Orang

20 Juni 2022

Pasien Covid-19 Jakarta Naik 735 Orang

Pasien Covid-19 Jakarta naik lagi sebanyak 735 orang per kemarin.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, 27,4 Kali Pedoman WHO

20 Juni 2022

Kualitas Udara Jakarta Masuk Kategori Tidak Sehat, 27,4 Kali Pedoman WHO

Kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat karena konsentrasi PM2.5 saat ini 27,4 kali dari nilai pedoman WHO.

Baca Selengkapnya

Pasien Covid-19 Jakarta Hari Ini Bertambah 314 Orang

11 Juni 2022

Pasien Covid-19 Jakarta Hari Ini Bertambah 314 Orang

Pasien Covid-19 Jakarta hari ini bertambah 314 orang. Hasil ini didapati setelah melakukan tes PCR terhadap 8.057 spesimen.

Baca Selengkapnya

Pekan Kedua Juni, Vaksin Merah Putih Masuk Uji Klinis Fase Ketiga

31 Mei 2022

Pekan Kedua Juni, Vaksin Merah Putih Masuk Uji Klinis Fase Ketiga

Penny menjelaskan penyelesaian tahap uji coba fase ketiga Vaksin Merah Putih bisa lebih cepat dari perkiraan sebelumnnya.

Baca Selengkapnya

Wabah Demam Berdarah Maut Serang Irak, Penderita Tewas Kehabisan Darah

29 Mei 2022

Wabah Demam Berdarah Maut Serang Irak, Penderita Tewas Kehabisan Darah

WHO melaporkan Irak kini tengah menghadapi wabah demam berdarah Krimea-Kongo yang berdampak fatal, dapat menyebabkan penderita tewas kehabisan darah

Baca Selengkapnya

Kasus Hepatitis Akut: Dunia 170 Kasus 1 Meninggal, Indonesia 3 Kasus 3 Meninggal

5 Mei 2022

Kasus Hepatitis Akut: Dunia 170 Kasus 1 Meninggal, Indonesia 3 Kasus 3 Meninggal

World Health Organization atau WHO mempublikasikan penyakit hepatitis akut berat ini sebagai kejadian luar biasa atau KLB.

Baca Selengkapnya