Seorang pengunjuk rasa, ditahan oleh tentara Thailand selama demonstrasi anti-kudeta di Bangkok, Thailand (25/5). Junta Thailand memperingatkan orang-orang agat tidak bergabung protes anti-kudeta. AP/Sakchai Lalit
TEMPO.CO, Phnom Penh – Lebih dari 250 ribu pekerja migran asal Kamboja--sebagian besar pekerja ilegal--telah melarikan diri dari Thailand sejak awal bulan ini. Menurut pernyataan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada Kamis, 26 Juni 2014, para pekerja takut akan menghadapi tindak kekerasan dari junta militer Thailand.
“Sampai saat ini, lebih dari 250 ribu pekerja Kamboja telah menyeberangi perbatasan dari Thailand kembali ke Kamboja,” katanya saat perayaan Hari Antinarkoba Internasional, seperti dikutip Xinhua. “Ini jumlah terbesar yang pernah kita temui. 'Banjir' ini sangat memukul Kamboja,” ujarnya. (Baca: Ratusan Imigran Kamboja Tinggalkan Thailand)
Hun Sen mengatakan panglima milter Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha, telah menulis surat padanya, 18 Juni lalu. Lewat surat itu, ia menjelaskan bahwa Thailand tidak berniat untuk mendeportasi pekerja migran, tapi hanya untuk mengumpulkan daftar nama pekerja yang legal dan ilegal.
Karena itu, Sen tidak menyalahkan junta Thailand atas situasi ini. Ia malah berharap hal ini bisa menjadi kesempatan yang baik untuk mengubah situasi para pekerja ilegal menjadi legal sehingga menjadi lebih tertib.