Pengadilan Internasional Adili Pembunuh Bekas PM Libanon

Reporter

Editor

Natalia Santi

Kamis, 16 Januari 2014 16:46 WIB

Gambar video yang diklaim sebagai peta pembunuhan Rafiq Hariri yang diperoleh dari agen rahasia. AP

TEMPO.CO, Den Haag – Empat tersangka kasus pembunuhan bekas Perdana Menteri Libanon Rafik Hariri mulai disidang secara in absentia di Pengadilan Internasional Den Haag, Belanda, Kamis, 16 Januari 2014.

Hariri dan 22 pengikutnya tewas dihantam truk bermuatan satu ton bom di Beirut, 14 Februari 2005. Sebanyak 226 orang lainnya luka-luka akibat pengeboman ini.

Persidangan itu dilakukan tanpa menghadirkan tersangka, atau in absentia, lantaran Hizbullah bersumpah untuk tidak menyerahkan keempatnya.

Peristiwa itu adalah salah satu di antara banyak pembunuhan paling dramatis dalam sejarah modern Timur Tengah yang memicu perselisihan sektarian antara muslim aliran Sunni dan Syiah. Para pendukung Hariri, tokoh pemimpin Sunni yang paling berpengaruh, menuding Suriah berada di belakang serangan itu.

Kekerasan antara anggota kedua sekte ini telah menelan ribuan korban selama beberapa tahun terakhir, khususnya di Irak, Suriah, Pakistan, dan Libanon.

Pembunuhan itu mempolarisasi Lebanon dan menyebabkan penarikan pasukan Suriah dari sana. Hizbullah membantah terlibat dalam pembunuhan itu. Mereka menuding pembunuhan itu adalah konspirasi Israel dan Amerika Serikat.

Tak lama sebelum sidang dimulai, terjadi ledakan bom di dekat gedung pemerintah di Kota Hermel, basis Hizbullah. Sedikitnya dua orang tewas dan beberapa lainnya cedera dalam serangan di kota yang terletak di Lembah Bekaa, dekat perbatasan utara Suriah itu.

Menurut BBC, persidangan yang digelar PBB itu terbilang unik. Untuk pertama kalinya, tuduhan terorisme diadili dalam persidangan internasional dan tanpa kehadiran tersangka, sejak Pengadilan Nuremberg terhadap pelaku kejahatan Perang Dunia Kedua.

PBB membentuk pengadilan khusus bagi Libanon pada 2007 untuk menyelidiki pengeboman itu. Tahun 2011, pengadilan mengeluarkan perintah penangkapan bagi Mustafa Badreddine, 52 tahun; Salim Ayyash, 50 tahun; Hussein Oneissi, 39 tahun; dan Assad Sabra, 37 tahun.

Mereka menghadapi beragam tuntutan, mulai dari konspirasi hingga melakukan tindakan terorisme, pembunuhan, dan upaya pembunuhan.

Badreddine diduga merupakan komandan militer senior Hizbullah. Persidangan tersangka kelima, Hassan Habib Merhi, 48 tahun, akan menyusul kemudian. Persidangan akan mendengar keterangan sekitar 500 saksi dan diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun.

Menurut BBC, bukti-bukti yang memberatkan keempat tersangka sebagian besar berdasarkan analisis jaringan telepon genggam.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan, Israellah yang melacak jejak Hariri lewat satelit, menyusup ke sistem teleponnya untuk memalsukan data-data, dan mendalangi pembunuhan tersebut untuk mendiskreditkan musuh-musuhnya.


BBC |REUTERS | NATALIA SANTI

Berita terkait

Miris, Jual Beli Organ Tubuh Pengungsi Suriah Marak di Lebanon

28 April 2017

Miris, Jual Beli Organ Tubuh Pengungsi Suriah Marak di Lebanon

Sejak pecah perang saudara di Suriah pada 2011, sekitar 1,5 juta orang masuk ke wilayah Lebanon. Jumlah mereka hampir seperempat penduduk Libanon

Baca Selengkapnya

8 Pesawat Intai Israel Langgar Wilayah Udara Lebanon

9 Maret 2017

8 Pesawat Intai Israel Langgar Wilayah Udara Lebanon

Kantor berita ini juga mengatakan, enam pesawat perang Israel melanggar wilayah udara Lebanon.

Baca Selengkapnya

Iran dan Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Suriah

13 Februari 2017

Iran dan Hizbullah Dukung Gencatan Senjata di Suriah

Sayyed Nasrallah juga menepis isu mengenai kondisi pengungsi Suriah di Libanon.

Baca Selengkapnya

Pemimpin Hizbullah Sebut Trump Pemimpin 'Idiot'  

13 Februari 2017

Pemimpin Hizbullah Sebut Trump Pemimpin 'Idiot'  

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."

Baca Selengkapnya

Begini Terapi Stres untuk Anak-anak Pengungsi Suriah

2 Januari 2017

Begini Terapi Stres untuk Anak-anak Pengungsi Suriah

Kelas perdamaian untuk anak pengungsi Suriah dan Palestina di kamp Shatila, Libanon, berfungsi untuk meredakan stres dan mencegah direkrut milisi.

Baca Selengkapnya

Aktivis Libanon Protes Menteri Urusan Perempuan Dijabat Pria

22 Desember 2016

Aktivis Libanon Protes Menteri Urusan Perempuan Dijabat Pria

KAFA, organisasi hak perempuan Libanon, menyerukan protes atas penunjukan Jean Ogasapian sebagai menteru pemberdayaan perempuan.

Baca Selengkapnya

Cegah Penyusup, Libanon Bangun Tembok Dekat Kamp Pengungsi  

23 November 2016

Cegah Penyusup, Libanon Bangun Tembok Dekat Kamp Pengungsi  

Libanon membangun tembok di dekat kamp pengungsian warga Palestina, dengan tujuan mencegah kelompok radikal menyusup.

Baca Selengkapnya

Plt Dubes Libanon, Azzi: Pemerintahan Kami Terunik di Dunia  

22 November 2016

Plt Dubes Libanon, Azzi: Pemerintahan Kami Terunik di Dunia  

Pelaksana tugas Duta Besar Libanon untuk Indonesia, Joanna-Maria Azzi menjelaskan Libanon punya pakta nasional untuk merawat pluralitas dan toleransi.

Baca Selengkapnya

Krisis Pemimpin, Michel Aoun Terpilih Jadi Presiden Libanon

31 Oktober 2016

Krisis Pemimpin, Michel Aoun Terpilih Jadi Presiden Libanon

Pria 81 tahun itu mendapatkan sokongan 83 suara anggota parlemen.


Baca Selengkapnya

Panglima Hizbullah Tewas di Suriah  

13 Mei 2016

Panglima Hizbullah Tewas di Suriah  

Panglima utama Hizbullah Mustafa Amine Badreddine tewas dalam serangan udara Israel di perbatasan Libanon-Suriah pada pekan ini.

Baca Selengkapnya