TEMPO.CO, Mali - The Associated Press pada Senin menurunkan laporan menarik bagaimana Al-Qaidah membelanjakan uangnya. Media ini menelusuri bagaimana para anggota organisasi yang mendapat label dari Amerika Serikat sebagai kelompok teroris ini menggunakan uang organisasi. Wartawan media ini dikirim khusus ke sarang Al-Qaidah di Mali.
Dalam laporannya, AP mempublikasi catatan 100 pemasukan yang ditemukan dari sebuah bangunan di Timbuktu, Mali, yang dijadikan markas Al-Qaidah Afrika Utara. AP juga menemukan catatan keuangan yang detail dari organisasi ini, yang melacak pengeluaran hingga ke sen terkecil.
"Para ekstremis tekun melacak arus uang mereka, merekam semua pengeluaran belanja sekecil apa pun, bahkan satu bola lampu sekalipun tercatat," tulis AP.
Wartawan senior AP, Rukmini Callimachi, menuliskan catatan ketika sebuah konvoi mobil bergambar bendera hitam Al-Qaidah datang dengan kecepatan tinggi ke sebuah toko kelontong. Pemilik toko, Mohamed Djitteye, yang berpikir bakal dirampok, bergegas untuk mengunci dan meringkuk di belakang meja.
Dia tercengang ketika komandan Al-Qaidah dengan lembut membuka pintu kaca tokonya dan meminta sekaleng mustard. Lalu ia meminta tanda terima.
Bingung dan takut, Djitteye tidak mengerti. Sang komandan mengulangi permintaannya. Ia pun menuliskan bon pembelian itu: sekaleng mustard, harga US$ 1,60.
"Al-Qaidah terobsesi dengan mendokumentasikan biaya hingga sekecil apa pun," katanya.
AP merekam pengeluaran semisal US$ 0,60 untuk membeli kue yang dimakan salah seorang pejuang atau US$ 1,80 untuk membeli sabun. "Dalam daftar mereka tertulis sapu sebesar US$ 3 dan pemutih US$ 3,30, berbaur dengan laporan US$ 5.400 untuk satu komandan, dan US$ 330 untuk membeli 3.300 butir amunisi," tulis AP.
Media ini menemukan belanja terbanyak Al-Qaidah Mali adalah untuk pembelian bahan makanan. "Mulai dari makaroni dengan daging hingga susu bubuk dan saus tomat," tulis AP.
Al-Qaidah Mali adalah salah satu kelompok militan yang kerap melakukan tindak teror, terutama terhadap fasilitas Amerika Serikat. Terakhir, mereka membunuh dua wartawan Prancis pada 7 Novermebr 2013.
AP | TRIP B
Berita terkait
Prancis Membunuh 20 Milisi Mali
1 Mei 2017
Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.
Baca SelengkapnyaPertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang
23 Agustus 2016
Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.
Baca SelengkapnyaPenyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari
23 November 2015
Senegal siap membantu Mali.
Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab
23 November 2015
Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.
Baca SelengkapnyaSayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali
21 November 2015
Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.
Baca SelengkapnyaSerangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas
21 November 2015
Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.
Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI
20 November 2015
Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi
Baca SelengkapnyaTeror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali
20 November 2015
Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.
Baca SelengkapnyaDetik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera
20 November 2015
Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.
Baca SelengkapnyaTak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali
20 November 2015
Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.
Baca Selengkapnya