Sejumlah pengikut Mantan Sultan Sulu Jamalul Kiram III berunjuk rasa di depan Masjid Biru di Maharlika, Taguig, Filipina Selatan, (1/3). Aksi protes ini karena Malaysia meminta pengikut Sultan Sulu meninggalkan Lahad Datu, wilayah timur Sabah, Malaysia. REUTERS/Romeo Ranoco
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Sebanyak 1.000 orang bersenjata asal Filipina Selatan dikabarkan kembali berlabuh di Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Mereka berencana membantu pasukan penyusup pimpinan Agbimuddin Kiram yang sudah hampir dua bulan belakangan bertempur dengan militer Malaysia.
Juru bicara Moro National Liberation Front (MNLF), Emmanuel Fontanilla, mengatakan, mereka adalah serdadu terlatih yang dipersiapkan sejak konflik pecah di Sabah. Kali ini, demi mengelabui blokade dua negara di lepas pantai Sulu, para penyusup berangkat dalam kelompok-kelompok kecil bersenjata lengkap. “Mereka sudah mendapatkan perintah untuk bisa membantu saudaranya sesama muslim di Sabah,” kata Emmanuel.
Dari pemberitaan The Star Filipina, para pejuang bersenjata yang telah bersandar itu rupanya sudah langsung terlibat dalam kontak senjata yang kembali terjadi sepekan lalu. Pertempuran dikabarkan terjadi di pantai timur Sabah, tempat kekuatan militer Malaysia berada.
Seperti diketahui, konflik bersenjata di Sabah sudah berlangsung sejak pendaratan pertama laskar yang mengklaim dirinya sebagai utusan Kesultanan Sulu itu. Mereka ingin merebut kembali tanah Sabah beserta isinya dari tangan Malaysia. Namun keinginan itu jelas mendapat reaksi keras dari negeri jiran itu. Walhasil, pertempuran pun tak terelakkan. Sebanyak 67 lebih orang Sulu tewas dalam pertempuran, sementara 157 lainnya ditangkap dengan tuduhan menyebar teror.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.