Krisis Suriah, Setelah Dua Tahun

Reporter

Editor

Abdul Manan

Jumat, 15 Maret 2013 23:10 WIB

Pemandangan setelah 2 ledakan menghancurkan Universitas Aleppo, Suriah, Selasa (15/1), dari foto yang dirilis oleh SANA. REUTERS/SANA

TEMPO.CO, Damaskus - Awalnya adalah demonstrasi damai 15 Maret 2011 lalu. Massa meminta Presiden Bashar al-Assad, yang keluarganya telah berkuasa di Suriah sejak 1971, untuk mundur. Demonstrasi ini merupakan bagian dari gelombang pemberontakan musim semi Arab, yang dikenal dengan Arab Spring, yang sebelumnya sudah mulai di Tunisia, Mesir, Libya, dan sejumlah negara di kawasan ini.

Pada 22 April, pasukan keamanan menembaki kerumunan massa di Deraa, pinggiran Kota Damaskus, yang menyebabkan 72 tewas. Demonstrasi berlanjut dan pemerintah mengirim tentara untuk memadamkannya. Akhirnya, aksi damai itu pun bermetamorfosa menjadi pemberontakan bersenjata oleh kelompok oposisi untuk menjatuhkan Assad.

Konflik yang berumur dua tahun ini menyebabkan sekitar 70 ribu orang kehilangan nyawa, dan lebih dari satu juta melarikan diri dari Suriah, tapi hingga hari ini belum ada tanda akan segera berakhir.

Kepala Komisi Tinggi PBB urusan Pengungsi Antonio Guterres memberi peringatan tanda bahaya. "Dua tahun setelah dimulainya krisis Suriah, kita menyaksikan eskalasi mengejutkan dari konflik yang mempercepat krisis dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Guterres saat di Beirut, Lebanon, Jumat 15 Maret 2013.

Kekhawatiran itu kian bertambah dengan keinginan Prancis dan Inggris untuk mengakhiri embargo senjata agar bisa mempersenjatai pemberontak dalam melawan Assad. Embargo senjata Uni Eropa terhadap Suriah diperbarui 28 Februari lalu dan berlaku tiga bulan ke depan. Suriah dan sekutu utamanya, Russia, menentang rencana itu karena melanggar hukum internasional.

Pengungsi yang terus mengalir keluar menyulitkan negara tetangga, meski dampak terbesar dari krisis ini adalah ekonomi Suriah. Mantan wakil perdana menteri Suriah untuk Urusan Ekonomi Abdullah al-Dardari mengatakan, perbaikan kerusakan akiabt perang dua tahun ini menelan biaya hingga US$ 80 miliar. "Ekonomi Suriah bisa berkeping-keping jika terus seperti ini," kata Dardari.

Saat pemerintah terus memerangi oposisi, Suriah juga berjuang untuk mengatasi berkurangnya cadangan devisa, naiknya defisit anggaran dan perdagangan, serta jatuhnya mata uang Suriah.

Samir al-Taqi, mantan anggota parlemen Suriah mengatakan, selain situasi makro, yang lebih mengkhawatirkan adalah runtuhnya ekonomi mikro. Ia memberi contoh Aleppo, yang sebelumnya memiliki sekitar 9.000 bengkel-bengkel kecil untuk memproduksi sepatu untuk ekspor dan 10.000 lainnya untuk pembuatan tekstil. Kebanyakan dari mereka sekarang tutup.

Sebelum terjadi pemberontakan, kata Taqi, perekonomian negara itu bernilai sekitar $ 60 miliar. Sejak 2011, nilainya menyusut 35-40 persen. Pengangguran juga kini melonjak menjadi 33 persen dari sebelumnya 8,3 persen. Data yang dirilis Pusat Penelitian Kebijakan Suriah awal tahun ini mengatakan, kerugian ekonomi selama 22 bulan terakhir ini sekitar US$ 48,4 miliar atau hampir 82 persen dari PDB tahun 2010.

Industri pertanian Suriah porakporanda oleh konflik, padahal sektor ini memberi pekerjaan sekitar 8 juta orang. Sektor pariwisata, yang sekitar 5 persen dari PDB pada tahun 2011, memang kurang berkembang. Sebelum pemberontakan meletus, sektor ini memberikan 270.000 pekerjaan.

Produksi minyak negara itu juga terpukul. Sebelum krisis, Suriah memproduksi 400.000 barel minyak per hari, sedangkan dikonsumsi 300.000 barel. Namun, adanya sanksi internasional memaksa Suriah untuk mengurangi produksinya. "Sanksi international, disamping mengurangi pendapatan minyak dan pajak, juga menyebabkan 'kejutan' fiskal bagi Suriah," tulis Pusat Penelitian Kebijakan Suriah. Mereka memperkirakan total utang publik mencapai 46,2 persen dari PDB tahun 2013.

Pemerintah dapat mengandalkan pada neraca dari bank sentral dan bank swasta, tapi itu hanya masalah waktu sebelum sumber daya ini habis. Defisit diperkirakan mencapai US$ 10 miliar pada 2013, dibandingkan defisit 2012 sebesar US$ 3 miliar. "Jika konflik berhenti hari ini, kita masih bisa menyelamatkan negara, ekonomi, masyarakat, kesatuan, dan kedaulatan," kata Dardari.

Jika tidak? Pengangguran akan mencapai 58 persen jika perang berlangsung sampai 2015, dan jumlah warga yang jatuh ke dalam kemiskinan absolut, hidup dengan kurang dari US$1,25 per hari, bisa menjadi 44 persen --dari 12 persen sebelum konflik.

Al Arabiya | Dailystar Lebanon | BBC | Abdul Manan

Berita terkait

CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

12 Januari 2018

CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.

Baca Selengkapnya

Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

18 Oktober 2017

Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.

Baca Selengkapnya

Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

13 Agustus 2017

Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal

Baca Selengkapnya

Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

31 Juli 2017

Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.

Baca Selengkapnya

Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

28 Juli 2017

Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah

Baca Selengkapnya

Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

23 Juli 2017

Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah

Baca Selengkapnya

Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

17 Juli 2017

Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.

Baca Selengkapnya

Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

15 Juli 2017

Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah

Baca Selengkapnya

Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

14 Juni 2017

Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.

Baca Selengkapnya

Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

18 Mei 2017

Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.

Baca Selengkapnya