Pengungsi Suriah Merana di Perbatasan Turki

Jumat, 9 November 2012 13:48 WIB

Perbatasan Turki - Suriah. worldbulletin.net

TEMPO.CO, Azas - Dingin menerkam kamp pengungsi Suriah di perbatasan Turki, Selasa malam lalu. Di dalam tenda kubah berukuran 3x3 meter, Mohammad Mustafa, 38 tahun, mencoba tidur bersama istri dan enam anaknya. Dua di antaranya masih balita.

Di tenda itu hanya ada tiga kasur sedang setebal bungkus rokok. Matras timah tak mampu menahan dingin lantai semen. Hanya ada dua selimut untuk mereka berdelapan, berimpitan. “Supaya tak terlalu dingin,” kata pengungsi asal Marea, kota kecil di dekat Azaz, yang sudah lebih dari dua bulan menempati tenda itu, kepada Tempo.

Tiga pekan terakhir, musim dingin memang sedang bertamu di sana. Meski sinar matahari menyilaukan mata, dingin masih terasa. Apalagi jika angin bertiup. Dingin kian menggigit.

Di kamp Azaz-Killis, ada sekitar 6.000 pengungsi dari kawasan utara Suriah. Mereka tinggal di sekitar 500 tenda yang tersebar di beberapa tempat. Pasukan Pembebasan Suriah menguasai kawasan itu.

Di sana, satu tenda hanya mendapat jatah dua selimut. Masalahnya, satu tenda bisa dihuni 10-15 orang. “Kami kekurangan selimut,” kata Ismail Alsnne, seorang koordinator pengungsi.

Pekan lalu, hujan mengguyur wilayah perbatasan Turki-Suriah. Kamp pengungsi di kawasan itu terendam air setinggi mata kaki. Sudah dingin, basah pula. Ditambah lagi, bekas makanan dan air kotor menimbulkan bau tak sedap.

Selain tenda yang seadanya, para pengungsi kekurangan pakaian bersih. Taufik Junaeed, pengungsi asal Miar, 40 kilometer dari perbatasan, sudah dua pekan terakhir tak berganti pakaian. Hanya singlet dan jaket hitam membalut tubuhnya. Celana jinsnya dekil. “Saya tak membawa apa-apa saat mengungsi. Rumah saya nyaris runtuh terkena bom,” kata Taufik.

Bekas pekerja di pabrik pengolahan kentang itu dua kali dirawat di klinik pengungsian karena badannya nyaris tak bisa bergerak akibat kedinginan.

Makanan pun menjadi persoalan. Dalam sehari, para pengungsi hanya mendapat dua kali jatah makan. Kadang rasanya hambar, “Kadang terlalu asin,” kata Azize Muhammad, pengungsi lainnya. Tempo melihat bagaimana, di satu pos pembagian makanan, lebih dari seratus bocah dan orang dewasa berebut jeruk dan roti yang dibagikan di sana.
Dengan segala kekurangan ini, mereka memilih bertahan di pengungsian. Mereka tak punya pilihan. “Di sini tak ada bom,” kata Ismail Alsnne. Dia bersedekap, menahan dingin.

PRAMONO

Berita Terpopuler:
Atut-Jokowi Bertemu, Wali Kota Tangerang: ''EGP''

Badan Kehormatan Minta Dahlan Cek Daya Ingatnya

Sebentar Lagi, Indonesia Kebanjiran Tank Leopard

Ahok Tertusuk Saat Naik Reog Ponorogo

Mabes Polri Tak Tahu Pengawal Ketua KPK Mundur

Berita terkait

CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

12 Januari 2018

CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi

Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.

Baca Selengkapnya

Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

18 Oktober 2017

Gadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB

Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.

Baca Selengkapnya

Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

13 Agustus 2017

Tujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah

Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal

Baca Selengkapnya

Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

31 Juli 2017

Beredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah  

Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.

Baca Selengkapnya

Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

28 Juli 2017

Indonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah

KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah

Baca Selengkapnya

Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

23 Juli 2017

Rumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah

Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah

Baca Selengkapnya

Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

17 Juli 2017

Kedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri

Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.

Baca Selengkapnya

Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

15 Juli 2017

Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung

Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah

Baca Selengkapnya

Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

14 Juni 2017

Dokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis

Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.

Baca Selengkapnya

Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

18 Mei 2017

Hina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB

Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.

Baca Selengkapnya