Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. REUTERS/Ronen Zvulun
TEMPO.CO, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dia siap memerintahkan pasukannya menyerang fasilitas nuklir Iran jika diperlukan. Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara yang diudarakan oleh televisi Channel Two, Senin, 5 November 2012.
"Saya tentu saja siap menekan tombol jika diperlukan," kata Nentanyahu dalam wawancara dengan Channel Two, seperti dikutip kantor berita AFP.
"Hal itu diharapkan tidak akan terjadi. Dalam hitungan akhir, yang paling bertanggung jawab adalah Perdana Menteri. Selama saya menjadi perdana menteri, Iran jangan bermimpi bisa memiliki bom atom." ujarnya. "Jika tidak ada jalan lain, Israel siap bereaksi."
Komentar Perdana Menteri Israel itu keluar pada malam menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat. Selain itu, muncul tekanan yang tidak biasa berulang-ulang dari pemerintahannya terhadap pemerintahan Barack Obama, yang meminta membersihkan "garis merah" untuk menyerang Iran.
Sebelumnya, dalam siaran Ahad, 4 November 2012, Channel Two juga mengungkap pernyataan Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak yang memerintahkan persiapan serangan militer ke fasilitas nuklir Iran pada 2010. Belakangan, perintah itu dibatalkan karena mendapatkan tantangan dari Kepala Staf Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi dan Kepala Dinas Intelijen Israel Mossad, Meri Dagan.
Israel, seperti sekutu Amerika Serikat lainnya, tetap konsisten untuk menyerang Iran guna mencegah Negeri Mullah itu membangun senjata nuklir. Iran menolak segala tudingan bahwa negerinya berambisi membangun senjata nuklir. Menurut Iran, program nuklir yang dikembangkan semata-mata untuk tujuan damai dan medis.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.