Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. REUTERS/Ronen Zvulun
TEMPO.CO, Tel Aviv - Partai berkuasa Israel pimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, Likud, setuju melakukan merger dengan partai ultranasionalis Yisrael Beitenu. Persetujuan ini terkait dengan pemilu pada Januari 2013.
Dalam sebuah jajak pendapat yang dilansir, Senin, 29 Oktober 2012, disebutkan bahwa langkah (penyatuan) ini dilakukan guna membantu perdana menteri terpilih kembali pada pemilihan umum yang digelar Januari 2013.
Sebelumnya, Netanyahu marah dengan beberapa fungsionaris Partai Likud yang menyampaikan pengumuman mengejutkan dirinya pekan lalu. Para fungsionaris itu menyebut mereka akan bergabung dengan partai pimpinan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman.
"Saya punya berita untuk Anda. Saya akan tetap memimpin Israel dalam beberapa tahun mendatang," ujarnya yang mendapatkan keplok tangan dari sekitar 3.700 anggota partai di sebuah auditorium di Tel Aviv.
Hasil dari tiga lembaga survei yang diterbitkan Ahad dan Senin menunjukkan bahwa Likud bakal meraih kursi antara 35 hingga 43 kursi dari 120 kursi di parlemen. Partai Buruh sayap kiri tengah akan mendapatkan 20 sampai 23 kursi, sedangkan 10 hingga 15 kursi akan disabet oleh partai tengah.
Penantang paling kuat sekaligus menjadi ancaman Netanyahu berasal dari bekas Perdana Menteri Ehud Olmer, yang juga bekas pimpinan partai tengah, Partai Kadima. Jajak pendapat yang diterbitkan pada Senin, 29 Oktober 2012, di koran Maariv, menunjukkan, Olmert hanya memenangkan 10 kursi melawan koalisi Liku- Beitenu dengan perolehan 42 kursi.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.