TEMPO.CO , ANKARA- Reporter dan presenter televisi milik penguasa Suriah al-Dunya, Ghatan Sleiba, membelot ke Turki. Pria usia 33 tahun ini tiba di Turki pada Rabu pekan lalu dengan berjalan jauh dari Hassak di timur Suriah menuju Turki.
Sleiba memilih bergabung dengan kelompok pemberontak. Ia mengaku selama tujuh bulan terakhir ia bertugas sebagai intelijen untuk pemberontak anti Presiden Suriah Bashar al Assad. Kini ia berada dalam perlindungan pemberontak.
Slebia diyakini sebagai elit pertama rezim Damaskus yang membelot.’Saya yang pertama dan saya mungkin yang terakhir,” kata Sleiba dalam satu wawancara dengan Guardian di selatan Turki kemarin.
Ia menjelaskan ada sejumlah warga Suriah yang ingin melarikan diri. “Namun masih lebih banyak yang mencintai rezim itu dari hati mereka yang dalam,” ujarnya.
Saat bertugas di al-Dunya, Sleiba ditempatkan di wilayah timur Suriah. Kelompok pemberontak sekarang ini menguasai kawasan timur khususnya di kota-kota besar dan kota-kota di sekitarnya.
Tugasnya bukan melakukan reportase sebagaimana seharusnya seorang reporter. Melainkan hanya sebagai penyambung lidah penguasa. “Saya bertahan selama saya dapat menolong para revolusioner, namun saya tidak dapat bertahan lebih lama lagi,” ujarnya.
Pemilik televisi al-Dunya diantaranya sepupu dari ibu Assad, Rami Makhlouf. Makhlouf termasuk anggota kunci dari orang-orang terdekat Assad. Televisi ini didorong untuk secara resmi menyatakan pemberontakan di Suriah dilakukan oleh barat dan kelompok berkuasa Sunni Arab dengan menggunakan jaringan pemberontak Al Qaidah untuk menjatuhkan penguasa Suriah.
Sebagai reporter, ia pun mewawancarai narasumber. Sebelum wawancara ia biasanya memberikan jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan kepada yang diwawancarai. “Jawaban itu dan bahan yang dibicarakan diberikan kepada kami oleh kepala partai Ba’ath di wilayah itu atau oleh divisi keamanan politik.”
Keraguan pertama muncul atas satu peristiwa versi pemerintah sekitar dua bulan setelah pergolakan tepatnya pada Maret tahun lalu. “Banyak dari antara kami tahu kemudian bahwa pergolakan itu bukan mereka melawan teroris. Melainkan mereka yang menuntut hak mereka. Namun saat itu sangat sulit untuk melakukan sesuatu mengenai hal itu. Kami memiliki keluarga dan kami perlu melindungi mereka,” tutur Sleiba.
Pada November lalu untuk pertama kali Sleiba berhubungan dengan Angkatan Bersenjata Pembebasan Suriah, di dekat Hassaka dan di Turki. Dia menjelaskan ke kedua kelompok itu tentang keinginannya untuk melarikan diri. Namun, ia diminta bertahan di tempat kerjanya karena ia lebih berguna bagi mereka jika tetap bertugas di al-Dunya. Sejak itu mereka berkomunikasi lewat Skype tentang rezim dan pergerakan militer.
Sleiba tak luput dari ancaman saat bertugas. Ia dituduh oleh unit intelijen penguasa Suriah di wilayah timur mengirim satu kelompok gangster untuk melumpuhkannya dengan pisau dan merampok uangnya lebih dari US 2.000 lalu menuding pemberontak sebagai pelaku penyerangan terhadap dirinya. Namun, ia mengaku tahu persis pelaku penyerangan terhadap dirinya.
Menjadi pembelot pun tidak mudah baginya. Sleiba membutuhkan pekerjaan saat ini dan ia akui tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain. “Saat saya disini, saya bertemu seseorang dari al-Jazeera dan dia mengatakan saya mata-mata pemerintah dengan masalah kejiwaan. Namun orang akan segera belajar bahwa kebenaran merupakan sesuatu yang powerful dan itu alasan kenapa saya ada di sini.”
GUARDIAN I MARIA RITA
Berita terkait
CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi
12 Januari 2018
Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.
Baca SelengkapnyaGadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB
18 Oktober 2017
Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.
Baca SelengkapnyaTujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah
13 Agustus 2017
Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal
Baca SelengkapnyaBeredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah
31 Juli 2017
Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah
28 Juli 2017
KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah
23 Juli 2017
Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah
Baca SelengkapnyaKedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri
17 Juli 2017
Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.
Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung
15 Juli 2017
Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah
Baca SelengkapnyaDokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis
14 Juni 2017
Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.
Baca SelengkapnyaHina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB
18 Mei 2017
Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.
Baca Selengkapnya