Mali Tolak Kemerdekaan Negara Islam Azawad  

Reporter

Editor

Senin, 28 Mei 2012 12:32 WIB

Demonstrasi menentang pemerintah di Bahrain. AP/Hasan Jamali

TEMPO.CO, Gao - Pemerintah Mali menolak deklarasi kemerdekaan Negara Islam Tuareg, Sabtu, 26 Mei 2012 yang dimotori oleh aliansi pemberontak utara. "Pemerintah Mali menolak ide pembentukan negara Azawad atau negara Islam," kata pejabat pemerintah kepada kantor berita AFP, Ahad, 27 Mei 2012.

"Kendati pernyataan kemerdekaan itu hanya di atas kertas dan bukan de facto. Kami tegaskan bahwa Mali adalah negara sekuler dan akan terus mempertahankannya," kata Hamadoun Toure, Menteri Penerangan pemerintahan transisi Mali.

Dua kelompok pemberontak yang menguasai wilayah utara Mali telah mengumumkan bahwa mereka sepakat untuk merger dan mendirikan sebuah negara merdeka di separuh wilayah utara bangsa Afrika bagian barat. Merger yang diumumkan pada, Sabtu, 26 Mei 2012, tersebut akan menyatukan angkatan bersenjata kelompok sparatis Tuareg dari elemen Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA) dan para pejuang Ansar Dine (Pelindung Iman) guna menguasai kawasan milik Prancis.

"Saya telah teken sebuah kesepakatan akan terbentuknya negara merdeka dan negara Islam dengan hukum Islam bakal diterapkan di negara ini," kata Alghabass Ag Intalla, pemimpin Ansar Dine.

Kelompok ini dituduh memiliki hubungan dengan Al-Qaeda di kawasan Maghribi (AQIM) yang bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri, penculikan warga asing, sekaligus eksekutor sandera asing.

Berbicara kepada Al Jazeera dari Inggris, Akli Sha'kka, seorang juru bicara Gerakan Pemuda Tuareg, mengatakan bahwa merger ini adalah "sebuah titik balik besar ke sejarah Azawad. "Ia berkata, "(Kerja sama) ini datang setelah terjadi pembicaraan terus-menerus selama sebulan. Dua kelompok ini belum sepakat soal ideologi."

"Namun komunitas internasional harus tahu bahwa hal (kemerdekaan) ini tidak menjelma menjadi sebuah negara ekstrimis. Ini adalah sebuah negara Islam dan negara MNLA akan segera berunding soal penerapan hukum syariah."

Abdel Fatau Musah, Direktur Urusan Politik ECOWAS, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok-kelompok yang merger itu merupakan kelompok oportunis. "Integritas wilayah Mali tak bisa dinegosiasikan," kata Musah. "Kami siap merundingkannya di atas meja, tetapi pembagian wilayah Mali tak mungkin dirundingkan. ECOWAS tidak akan berunding dengan kelompok-kelompok yang menurut kami adalah kelompok teroris."

AL JAZEERA | CHOIRUL

Berita terkait

Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

1 Mei 2017

Prancis Membunuh 20 Milisi Mali

Seorang tentara Prancis tewas setelah mendapatkan serangan dari kelompok perlawanan terhadap pemerintah di Ibu Kota Bamako.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

23 Agustus 2016

Pertama Kali, ICC Tuntut Milisi ISIS sebagai Penjahat Perang  

Jaksa ICC di Den Haag, Belanda menjerat milisi ISIS yang merusak situs warisan dunia di Timbuktu, Mali sebagai penjahat perang.

Baca Selengkapnya

Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

23 November 2015

Penyerbuan Hotel, Mali Berkabung Tiga Hari  

Senegal siap membantu Mali.

Baca Selengkapnya

Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

23 November 2015

Penyanderaan di Mali, Al-Qaeda Mengaku Bertanggung Jawab

Prancis menempatkan 3.500 pasukan di Mali.

Baca Selengkapnya

Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

21 November 2015

Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali

Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.

Baca Selengkapnya

Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas

21 November 2015

Serangan di Hotel Mali, 27 Orang Tewas


Serangan hotel di Mali itu yang diklaim oleh kelompok Al-Murabitoun dari militan bermata satu Aljazair Mokhtar Belmokhtar.

Baca Selengkapnya

Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

20 November 2015

Hotel Radisson Mali Diserbu Teroris, Biasa Jadi Transit WNI  

Aksi teror melanda Hotel Radisson Blue, Mali, terjadi sejak Jumat pagi

Baca Selengkapnya

Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

20 November 2015

Teror Bersenjata, Presiden Mali Buru-buru Kembali  

Aksi ini membuat Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mempercepat kunjungan kenegaraannya ke Chad.

Baca Selengkapnya

Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

20 November 2015

Detik-detik Dramatis Pasukan Khusus Mali Bebaskan 80 Sandera  

Pasukan khusus Mali dibantu pasukan perdamaian PBB menyerbu Hotel Radisson Blu untuk membebaskan sandera.

Baca Selengkapnya

Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

20 November 2015

Tak Ada Sandera WNI di Hotel Radisson Mali  

Saat kejadian, seluruh WNI berada di lokasi yang cukup jauh dari hotel.

Baca Selengkapnya