TEMPO.CO, Katmandu - Pengawas Gunung Everest, Nepal Gyanendra Shrestha, meminta para pendaki lebih berhati-hati melewati area tempat peristirahatan di South Col, yang sering dijuluki zona kematian. Lokasi itu merupakan lereng es yang curam dan sangat berisiko dengan tingkat oksigen yang rendah. Empat pendaki telah menjadi korban setelah adanya kemacetan di jalur itu pada Sabtu lalu. "Kemacetan lalu lintas pendaki memiliki risiko tinggi bagi pendaki," kata Shrestha, Selasa, 22 Mei 2012.
Ha Wenyi dari Cina; Eberhard Schaaf dari Jerman; orang Nepal kelahiran Kanada, Shriya Shah; dan dari Korea Selatan, Song Won-bin; meninggal dalam perjalanan mereka turun dari puncak. Mereka diduga kelelahan. Pemandu perjalanan yang telah dilaporkan hilang dari kelompok itu mencapai kamp dengan selamat pada hari Senin. "Pemandu terpisah dari kelompok karena tidak memiliki peralatan komunikasi," kata Shrestha.
Kerumunan serupa, sebanyak 208 pendaki, menuju puncak pekan lalu dan telah menimbulkan keramaian di jalur pendakian. Mereka berlomba-lomba untuk mencapai puncak Everest dengan ketinggian 8.850 meter itu. Ketika cuaca buruk, sebagian pendaki memilih menunggu kondisi membaik. Pengawas telah membatasi pendakian hingga puncak tidak boleh melebihi pukul 11.00 waktu setempat.
Juru bicara Kementerian Pariwisata Nepal, Bal Krishna Ghimire, mengatakan telah memberikan izin pendakian dengan pembagian yang ketat. Namun, ia menuturkan, cuaca yang tidak bisa diprediksi tentu menjadi ancaman bagi keselamatan pendaki. Pemerintah Nepal akan mendirikan kantor di kamp yang dilengkapi dengan dokter, ahli cuaca, dan personel keamanan. Ghimire mengatakan pemerintah juga akan membagikan alat pelacak kepada pendaki.
Lebih dari 3.000 orang telah mendaki Everest sejak Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menjadi orang pertama pada 1953. Sebanyak 225 pendaki tewas. Hari paling mematikan adalah tanggal 10 Mei 1996, ketika delapan orang tewas. Sebagian besar korban meninggal karena terjebak dalam badai salju di sore hari dan tersesat.
NEWSDAY | CBSNEWS | EKO ARI
Berita terkait
Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest
9 Mei 2017
Pemerintah Nepal akan segera membatasi usia pendaki Gunung Everest setelah seorang kakek berusia 85 tahun tewas saat berusaha menaiki puncak tertinggi
Baca SelengkapnyaPendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest
6 Mei 2017
Menurutnya, usia bukan halangan mewujudkan mimpi.
Baca SelengkapnyaTradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri
21 Desember 2016
Tradisi mengasingkan perempuan yang sedang haid di luar rumah di Nepal memakan korban seorang remaja putri. Tradisi ini sebenarnya sudah dilarang.
Baca SelengkapnyaEks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal
3 Agustus 2016
Mantan pemimpin pemberontak Maoist terpilih menjadi Perdana Menteri Nepal.
Baca SelengkapnyaNepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama
29 Oktober 2015
Bidhya Devi Bhandari, nama pemimpin berusia 54 tahun itu, berasal dari Partai Bersatu Marxist-Leninist Nepal.
Baca SelengkapnyaKado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa
1 September 2015
Jetin tertegun dengan hadiah yang dikirim Cristiano Ronaldo.
Baca SelengkapnyaPria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...
28 Juli 2015
Masyarakat di Desa Kudiya masih menganut kepercayaan kuno tentang kekuatan sihir dan entitas supranatural.
Baca SelengkapnyaDi Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal
12 Juli 2015
Daerah ini disebut Desa Ginjal karena hampir semua orang yang tinggal di sana telah menjual ginjal mereka kepada pedagang organ tubuh manusia.
Baca SelengkapnyaGempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun
25 Juni 2015
Cadangan devisa Nepal aman.
Baca SelengkapnyaSekolah di Nepal Buka Kembali Pasca Gempa Hebat
31 Mei 2015
Fokus pembelajarannya pada bermain game dan kegiatan budaya untuk memulihkan trauma dari gempa hebat di Nepal.
Baca Selengkapnya