TEMPO.CO , Tripoli - Mendiang pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, menjalankan program rahasia untuk menyembunyikan senjata di kedutaan Libya di seluruh dunia. Hal ini disampaikan pejabat senior dalam pemerintahan baru Libya, Kamis, 9 Maret 2012.
Senjata-senjata itu termasuk pistol, granat, dan bahan pembuat bom yang dikirim menggunakan tas diplomatik. Senjata itu kemungkinan dimaksudkan untuk menyingkirkan para pembangkang yang berada di luar Libya atau untuk operasi di negara-negara tempat kedutaan itu berdiri.
Mohammed Abdul Aziz, Wakil Menteri Luar Negeri Libya, menyatakan, Qadhafi mengapalkan senjata itu ke banyak negara di Afrika, Asia, dan Eropa. "Jadi, tak hanya ke dua atau tiga negara saja," katanya pada Reuters.
Hingga kini, tak jelas apa maksud pengiriman senjata itu. "Apakah untuk mengatasi masalah-masalah tertentu di negara tuan rumah? Apakah akan digunakan terhadap warga negara Libya di negeri itu? Tidak ada yang tahu," katanya.
Ketika ditanya apakah senjata-senjata itu disembunyikan di kedutaan Libya sebagai bagian dari operasi terpadu buah kebijakan pemerintahan Qadhafi, Abdul Aziz berkata, "Tak ada keraguan lagi dalam pikiran saya."
Selama 42 tahun kekuasaan Qadhafi, Libya sering dituduh mendalangi berbagai aksi kekerasan di luar negeri. Pemboman pesawat AS di atas Kota Lockerbie Skotlandia tahun 1988 dan penembakan polisi Inggris, Yvonne Fletcher, di luar Kedutaan Libya di London tahun 1984 adalah beberapa yang paling menonjol.
Fakta bahwa pejabat Qadhafi menimbun senjata di dalam Kedutaan Libya hingga akhir tahun lalu menunjukkan ia masih merencanakan pembunuhan di luar negeri. Sejauh ini, senjata telah ditemukan di Kedutaan Libya di Yunani, Mesir, dan Maroko.
Media lokal melaporkan pada bulan Februari, di Kedutaan Libya ditemukan banyak senjata, termasuk 30 pistol, dua senapan mesin, 15 kg bahan peledak, detonator, dua granat tangan, peredam suara, dan peralatan penyadapan. Senjata ditemukan di Rabat, termasuk jebakan kendaraan dan granat roket, sebuah surat kabar Maroko melaporkan.
Wakil menteri luar negeri itu mengatakan penemuan sejauh ini hanya puncak gunung es. Namun, ia mengatakan tidak bisa memberikan daftar negara-negara tempat kedutaan Libya memiliki simpanan senjata.
TRIP B
Berita terkait
Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas
10 September 2018
Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.
Baca SelengkapnyaTrump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara
18 Mei 2018
Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.
Baca SelengkapnyaSempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan
11 Juni 2017
Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.
Baca SelengkapnyaISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya
28 Februari 2017
Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.
Baca SelengkapnyaBulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya
22 Februari 2017
Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.
Baca SelengkapnyaLibya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa
5 Februari 2017
Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.
Baca SelengkapnyaGara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas
21 November 2016
Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.
Baca SelengkapnyaTragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper
3 Oktober 2016
"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."
Baca SelengkapnyaLibya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS
17 Agustus 2016
"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.
Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya
2 Agustus 2016
Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).
Baca Selengkapnya