TEMPO.CO,Washington - Juru bicara Dewan Keamanan Gedung Putih, Tommy Vietor, menuding Iran menjadi kekuatan utama penyokong kekuasaan Presiden Suriah, Bashar al Assad. Ketika Assad kehabisan uang, Iran memasok senjata untuk militer negara itu. "Uang Assad habis untuk penumpasan demonstran dan kini dia meminta bantuan pada semua sekutunya," kata Vietor.
Belum lama ini, Panglima Pasukan Elite Quds Iran, Ghassem Soleimani, dilaporkan telah berkunjung ke Damaskus, ibu kota Suriah. Kunjungan itu dianggap tanda terkuat bahwa Iran memang telah memasok senjata untuk membantu program Bashar menghabisi demonstran penolak rezimnya. Seorang pejabat senior pemerintahan Suriah, kata Vietor, mengakui bahwa hubungan kedua negara itu kini sangat erat.
Di sisi lain, hubungan Washington-Teheran kini justru semakin memburuk. Amerika mengancam memberi sanksi lebih keras menyusul perkembangan pembangunan reaktor nuklir Iran. Sementara, Iran pun tak mau kalah. Mereka mengancam memblokir Selat Hormuz yang selama ini menjadi jalur penting suplai minyak. Iran juga tak segan menghukum mata-mata Amerika yang tertangkap di sana.
Iran sendiri sudah lama menjadi sekutu terdekat Suriah. Selama beberapa dekade, Republik Islam ini telah menjadi pendukung vokal Assad, terlebih setelah rezim pemimpin Suriah itu digoyang aksi unjuk rasa sejak Maret 2011 lalu.
Pemberontakan di Suriah telah berubah semakin militeristik dalam beberapa bulan terakhir, dengan risiko yang berkembang menjadi perang sipil. PBB mengatakan sekitar 400 orang telah tewas dalam tiga minggu terakhir ketika pemantau Liga Arab memasuki negara itu. Selama 10 bulan terakhir, diperkirakan sudah ada lebih dari lima ribu orang tewas.
Pekan lalu, sebuah kapal kargo dari Rusia yang membawa puluhan ton amunisi sempat dicegat di Pelabuhan Siprus. Tapi kapal itu akhirnya dilepas setelah dipastikan tidak akan singgah di Suriah.