TEMPO Interaktif, New York - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengibarkan bendera Palestina di luar markas besar Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Sains, Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) di Paris. Bendera merah, hitam, putih, dan hijau itu untuk pertama kali berkibar di lembaga PBB.
Pengibaran bendera ini merupakan hasil dari diterimanya Palestina sebagai anggota UNESCO melalui pemungutan suara Senin, 12 Desember 2011. Sebanyak 107 negara anggota mendukung keinginan Palestina untuk bergabung, 14 negara menolak, dan 52 negara lain tak memberikan suaranya.
"Ini saat yang bersejarah. Pengakuan ini adalah pengakuan pertama dari Palestina," kata Abbas. "Hari ini Palestina adalah anggota UNESCO dan kami berharap akan menjadi satu negara merdeka di kemudian hari dan hidup berdampingan dengan Israel."
Dalam kesempatan itu Abbas juga berharap Palestina akan menerima keanggotaan penuh di PBB.
Sementara itu Kedutaan Besar Israel di Paris menyatakan bahwa Israel menyesali hal tersebut. Menurut Israel, UNESCO telah membuat suatu keputusan berdasarkan sesuatu yang fiksi, dengan mengintegrasikan suatu entitas yang tidak memiliki status yang legal sebagai negara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga memerintahkan penghentian sumbangan keuangan Israel untuk UNESCO karena lembaga PBB itu memberikan Palestina keanggotaan penuh.
Selain Israel, Duta Besar Amerika Serikat untuk UNESCO, David Killion, mengatakan diterimanya Palestina sebagai anggota akan membuat lembaga tersebut berada dalam posisi sulit. Sebab, Kongres Amerika Serikat telah mengancam menghentikan bantuan dana sebesar US$ 80 juta atau Rp 706 miliar jika Palestina masuk sebagai anggota. Nilai ini setara dengan 22 persen keseluruhan anggaran lembaga itu.
Namun hal itu tidak menggentarkan Presiden Abbas. “Berkaitan dengan Dewan Keamanan dan aplikasi keanggotaan Palestina dengan batas wilayah tahun 1967 dan Yerusalem sebagai ibu kota, kami mempertahankan pendekatan kami,” kata Abbas dalam pertemuan dengan utusan Amerika Serikat, Jeffrey Feltman, di kantornya di Ramallah, Senin, 5 Desember 2011.
TAIWANNEWS | REUTERS | ANANDA PUTRI
Berita terkait
Lee Young Ae Donasikan 50 Juta Won untuk Bantu Anak-anak di Gaza
22 November 2023
Donasi dari Lee Young Ae akan diberikan untuk mendukung perawatan medis bagi anak-anak di zona konflik jalur Gaza
Baca SelengkapnyaDikritik Bersikap Netral Atas Konflik Gaza, Selena Gomez Akan Tinggalkan Instagram
3 November 2023
Selena Gomez menghapus akun Instagram-nya, setelah dikritik karena komentarnya mengenai konflik Gaza
Baca SelengkapnyaElon Musk Belum Bisa Pasok Internet ke Gaza Lewat Starlink, Mengapa?
31 Oktober 2023
Meskipun layanan telekomunikasi telah pulih di Gaza, seruan untuk bantuan internet Starlink milik Elon Musk terus berlanjut.
Baca SelengkapnyaKeadaan Warga dan Infrastruktur di Jalur Gaza dan Israel Setelah 8 Hari Konflik
16 Oktober 2023
Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara merupakan salah satu bangunan yang hancur dengan kerusakan paling parah pada stasiun oksigen.
Baca SelengkapnyaSudah Lewat 8 Hari Konflik Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dalam Angka
16 Oktober 2023
Bagaimana keadaan masyarakat dalam konflik Hamas vs Israel di Jalur Gaza? Korban jiwa dari sipil terus bertambah.
Baca SelengkapnyaIsrael Blokade Total Jalur Gaza, Bagaimana Kelangsungan Hidup Warga Gaza?
13 Oktober 2023
Blokade total yang dilakukan oleh Israel semakin membuat puluhan ribu warga Jalur Gaza sengsara
Baca SelengkapnyaIsrael Blokade Total Jalur Gaza, Apa yang Dilakukannya?
13 Oktober 2023
Dalam menjalani hidupnya sehari-hari, sebagian warga Jalur Gaza juga sebenarnya bergantung pada Israel.
Baca SelengkapnyaTerjepit di Jalur Gaza
11 Oktober 2023
Jutaan warga sipil di Jalur Gaza, Palestina, kini terjebak di tengah pertempuran antara antara militer Israel dan kelompok Hamas.
Baca SelengkapnyaIsrael Melarang Minyak dan Gas Masuk ke Jalur Gaza
3 Agustus 2018
Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, mengeluarkan perintah pelarangan pasokan minyak dan gas masuk ke Jalur Gaza melalui Kerem Shalom.
Baca SelengkapnyaDikepung Israel, 80 Persen Pabrik di Gaza Palestina Tutup
18 Juli 2018
Akibat pengepungan Israel, 80 persen pabrik di Jalur Gaza Palestina tutup atau setidaknya semaput.
Baca Selengkapnya