Presiden Sudan Cemas Konflik Membesar dengan Selatan
Reporter
Editor
Minggu, 10 Oktober 2010 14:43 WIB
Presiden Sudan Omar al-Bashir. REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah
TEMPO Interaktif, Khartoum -Presiden Sudan menuding mantan gerilyawan bagian selatan emoh memasuki satu kesepakatan damai dan memperingatkan terdapat risiko yang konflik akan meletup jika kedua belah pihak tidak duduk bersama atas berbagai sengketa sebelum digelarnya satu referendum.
Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir, dalam laporan media pemerintah hari ini, menyatakan kecemasan atas naiknya perang kata-kata antara Khartoum dan bagian selatan yan didominasi Sudan People's Liberation Movement (SPLAM), lima tahun setelah kedua belah pihak sepakat mengakhiri satu dekade perang saudara dalam sebuah perjanjian pada 2005.
“Dia (Bashir) memperingatkan bahwa kegagalan dalam penekanann isu-isu itu sebelum referendum akan membuat proses menjadi sebuah proyek atau sebuah sengketa baru antara utara dan selatan yang bisa lebih serius ketimbangs sengketa yang muncul sebelum penandatanganan Kesepakatan Perdamaian Komprehensih (perjanjian 2005),” tutur Suna, kantor berita pemeritnah. Laporan it dicetuskan dalam sebuah pidato di Sirte. Libya pada Sabtu pekan lalu.