Ketegangan Rasial Bayangi Afrika Selatan  

Reporter

Editor

Selasa, 6 April 2010 07:11 WIB

Seorang warga kulit putih mendatangi lahan pertanian pemimpin kulit putih Eugene Terreblanch di Ventersdorp, Afrika Selatan (5/4). AP/Schalk van Zuydam
TEMPO Interaktif, Ventersdorp -Afrika Selatan beberapa hari ini diselimuti awan ketegangan rasial. Para pendukung tokoh pengobar supremasi kulit putih, Eugene Terreblanche, yang terbunuh Sabtu lalu, ramai-ramai mendatangi ladang pertanian Terreblanche untuk berkabung.

Dugaan kematian Terreblanche akibat dibunuh telah memicu kecemasan meruyaknya kekerasan rasial. "Emosi sangat tinggi pada saat ini," kata Andre Nienabar, seorang kerabat Terreblanche, kemarin.

Salah seorang anggota top Afrikaner Resistance Movement (AWB), yang didirikan Terreblanche, mengklaim kematian Terreblanche dalam pembunuhan brutal itu adalah "sebuah deklarasi perang" oleh orang kulit hitam terhadap orang kulit putih. AWB tersingkir sejak gagal berjuang memulihkan politik aparteid pada 1990-an.

Polisi mengatakan pembunuhan itu tampaknya ujung dari sengketa upah antara dua buruh tani Terreblanche yang memukulinya dan gada saat dia tidur di ranjangnya pada Sabtu lalu.

Para petinggi negeri langsung mencoba memadamkan ketegangan rasial yang muncul mengingat hanya sembilan pekan Afrika Selatan bakal didatangi 50 juta orang sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.

Presiden Jacob Zuma menyerukan ketenangan dan menyebut "ini kematian yang mengerikan". Dia meminta rakyat Afrika Selatan, "Jangan membiarkan agen-agen provokator mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menyuntikkan atau menyulut kebencian rasial."

Menteri Kepolisian Nathi Mthetwa kemarin menuturkan, Terreblanche diserang oleh seorang pria berusia 28 tahun dan seorang remaja 15 tahun, keduanya warga kulit hitam. Mthetwa menyebut keduanya telah ditangkap dan bakal disidang hari ini dengan tuduhan pembunuhan berencana.

Terreblanche, 69 tahun, adalah pria karismatik dengan ciri cambang putih. Salah satu pendiri dan pemimpin gerakan AWB ini memimpikan sebuah republik yang berisi semua kulit putih dalam mayoritas warga kulit hitam Afrika Selatan. AWB punya lambang warna merah, putih, dan hitam dengan emblem mirip sebuah swastika Nazi, tapi dengan tiga sulur.

Dia menguat mulai 1970-an ketika ada kebijakan pemerintah aparteid Afrika Selatan, dan mengancam mengambil alih negeri dengan kekuatan senjata jika supremasi kulit putih diakhiri. Dia juga dikenal sering datang dalam rapat di atas pelana kuda diiringi para pengawal yang bertopeng berbusana khaki atau hitam.

Setelah dipenjara selama enam tahun karena penyerangan terhadap dua pekerja kulit hitam, namanya dipulihkan pada 2004 dengan temuan baru dalam kasusnya. Dia tinggal dalam lindungan keluarganya tahun-tahun belakangan ini di lahan pertaniannya di luar Ventersdorp, sekitar 110 km sebelah barat Johannesburg.

Andre Visagie, anggota top AWB, menegaskan, kelompoknya akan membalas dendam atas kematian Terreblanche. Tapi dia tak memberikan perinciannya. "Kematian Mr. Terreblanche adalah sebuah deklarasi perang komunitas kulit hitam Afrika Selatan terhadap komunitas kulit putih yang telah diakhiri 10 tahun lalu."

Ditambahkannya, kelompoknya akan mendesak tim-tim sepak bola membatalkan Piala Dunia demi keamanan. Visagie tak menyebut berapa jumlah warga yang berafiliasi ke AWB. Ketika pengaruhnya mencapai puncaknya pada awal 1990-an, diyakini AWB memiliki setidaknya 70 ribu anggota.

Visagie menggemakan anggota kelompoknya yang menuduh pemimpin African National Congress Youth League (Liga Muda ANC), Julius Malema. Dia menyebut Malema, yang membiakkan pidato kebencian,-lah yang mendorong pembunuhan Terreblanche.

Bulan lalu, Malema membuat kontroversi saat memimpin para mahasiswa dalam sebuah lagu yang memasukkan lirik Bunuh The Boer. Boer adalah kaum petani kulit putih di Afrikaans--istilah yang merujuk pada awal penjajahan Belanda atau Afrikaner dan sering dipakai sebagai penghinaan.

Lagu itu memicu pertikaian hukum ketika partai yang berkuasa, ANC, ditantang di pengadilan tinggi bahwa lirik-liriknya tak konstitusional. Namun ANC berkukuh bahwa lagu itu punya nilai sejarah budaya dan bahwa liriknya--yang menyebut para petani sebagai pencuri dan pemerkosa--tak dimaksudkan secara harfiah dan karena itu bukan pidato kebencian.

ANC membantah para pengikut Terreblanche. "Warga kulit hitam tak pernah mendeklarasikan perang terhadap warga apa pun di Afrika Selatan," kata juru bicara ANC, Jackson Mthembu, kepada AP, Minggu lalu. Malema menolak bertanggung jawab atas insiden tersebut saat melawat ke Zimbabwe kemarin.

Apa pun motif pembunuhan Terreblanche, kasus itu mulai membuka polarisasi rasial 16 tahun lalu setelah berakhirnya politik aparteid.

AP | BBC | GUARDIAN | TELEGRAPH | DWI ARJANTO

Berita terkait

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

22 Januari 2018

Ajaib, Jenazah Wanita Afrika Selatan Melahirkan Bayi

Seorang wanita hamil di Afrika Selatan yang meninggal dunia saat kandungannya berusia 9 bulan dilaporkan melahirkan bayinya 10 hari kemudian.

Baca Selengkapnya

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

23 Juni 2017

Warga Desa Ini Ketakutan Domba Lahir Bertubuh Mirip Manusia

Seekor domba lahir dengan tubuh bagian atas mirip manusia sehingga membuat gempar ribuan warga desa Lady Frere di Afrika Selatan.

Baca Selengkapnya

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

31 Maret 2017

Saham Terguncang, Presiden Afrika Selatan Pecat Menteri Keuangan

Di pasar valuta asing, nilai mata uang Rand Afrika Selatan dikabarkan turun hingga lima persen.

Baca Selengkapnya

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

28 Maret 2017

Ahmed Kathrada, Aktivis Anti-Apartheid Afrika Selatan, Wafat

Aktivis anti-apartheid Afrika Selatan, Ahmed Kathrada, yang pernah dipenjara selama 26 tahun bersama Nelson Mandela, meninggal Selasa pagi, 28 Maret 2017.

Baca Selengkapnya

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

3 Maret 2017

Atap Rumah Sakit Jebol, Lima Orang Terperangkap Runtuhan

Sebanyak 2 pasien, 2 pekerja konstruksi, dan 1 staf rumah sakit berhasil diselamatkan serta hanya luka ringan.

Baca Selengkapnya

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

28 Februari 2017

Sentimen Anti-Imigran Memanas di Afrika Selatan

Sentimen anti-imigran kembali merebak di Afrika Selatan. Rumah imigran dibakar, terjadi penjarahan hingga ancaman.

Baca Selengkapnya

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

8 November 2016

Nyata dan Sadis, Remaja Ini Dipaksa Masuk Peti Mati, Lalu...  

Seorang tanpa rasa iba terus menekan tubuh dan kepala remaja dengan menggunakan penutup peti mati.

Baca Selengkapnya

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

12 Oktober 2016

Istri Kaget Lihat 'Anaconda' Suaminya, Bulan Madu pun Batal  

Seorang wanita yang baru menikah terkejut ketika untuk pertama kali melihat organ intim milik suaminya.

Baca Selengkapnya

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

20 Agustus 2016

Bocah 6 Tahun Tewas Saat Melindungi Ibunya dari Pemerkosa  

Bocah laki-laki berusia 6 tahun tewas setelah berusaha mencoba menghentikan seorang pria yang akan memperkosa ibunya.

Baca Selengkapnya

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

16 Mei 2016

Nelson Mandela Napi Paling Terkenal di Dunia, Dibui 27 Tahun

Nelson Mandela adalah Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Mantan agen CIA mengaku CIA di balik pemenjaraan Mandela selama 27 tahun.

Baca Selengkapnya