Konflik di Nigeria Ditengarai Telan Ratusan Korban Jiwa
Senin, 8 Maret 2010 05:28 WIB
TEMPO Interaktif, Jos -Korban tewas di kota Jos, Nigeria diperkirakan semakin bertambah akibat konflik yang terjadi sejak Januari 2010. Meski data dari kantor kepolisian mencatat hanya delapan orang tewas, namun diyakini lebih dari 200 orang terenggut nyawanya dalam peristiwa tersebut.
Menurut laporan Al Jazeera, mengutip kantor berita AFP, beberapa mayat ditemukan dalam keadaan hangus. Diantara mayat-mayat tersebut, kebanyakan adalah anak-anak. Kantor berita Associated Press mengutip seorang saksi mata, yang mengatakan bahwa korban tewas mencapai lebih dari 200 orang.
Di desa Dogo Nahawa misalnya, kerap terjadi penyerangan terhadap warga yang keluar dari rumah. "Mereka sengaja melakukan hal untuk memancing warga keluar rumah. Setelah keluar dari rumahnya, mereka membunuh warga itu," kata penduduk Dogo Nahawa yang dirahasiakan namanya.
Para sosiolog dan analis benua Afrika di London menilai, kerusuhan tersebut dipicu rendahnya pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Menurut analisa, populasi penduduk di kota Jos sejak 20 tahun terakhir melonjak, sementara ketersediaan sumberdaya tidak mengalami peningkatan.
AL JAZEERA | ANGIOLA HARRY
Menurut laporan Al Jazeera, mengutip kantor berita AFP, beberapa mayat ditemukan dalam keadaan hangus. Diantara mayat-mayat tersebut, kebanyakan adalah anak-anak. Kantor berita Associated Press mengutip seorang saksi mata, yang mengatakan bahwa korban tewas mencapai lebih dari 200 orang.
Di desa Dogo Nahawa misalnya, kerap terjadi penyerangan terhadap warga yang keluar dari rumah. "Mereka sengaja melakukan hal untuk memancing warga keluar rumah. Setelah keluar dari rumahnya, mereka membunuh warga itu," kata penduduk Dogo Nahawa yang dirahasiakan namanya.
Para sosiolog dan analis benua Afrika di London menilai, kerusuhan tersebut dipicu rendahnya pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Menurut analisa, populasi penduduk di kota Jos sejak 20 tahun terakhir melonjak, sementara ketersediaan sumberdaya tidak mengalami peningkatan.
AL JAZEERA | ANGIOLA HARRY
