AS Perintahkan Staf Kedubes di Beirut Tinggalkan Lebanon
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Minggu, 29 September 2024 12:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Luar Negeri AS pada hari Sabtu memerintahkan beberapa karyawan di kedutaannya di Beirut dan anggota keluarga mereka yang memenuhi syarat untuk meninggalkan Lebanon. Perintah untuk meninggalkan Lebanon diungkapkan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah pembunuhan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah oleh Israel.
“Personel Kedutaan Besar AS di Beirut dilarang melakukan perjalanan pribadi tanpa izin terlebih dahulu,” kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan. “Pembatasan perjalanan tambahan dapat diberlakukan pada personel AS di bawah tanggung jawab keamanan Kepala Misi, dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan karena meningkatnya masalah atau ancaman keamanan.”
Imbauan tersebut mencakup anggota keluarga yang memenuhi syarat serta karyawan yang tidak penting.
Departemen Luar Negeri juga mendesak warga Amerika untuk meninggalkan Lebanon. AS memperingatkan bahwa jika situasi memburuk, maka evakuasi kemungkinan suli dilakukan.
"Kedutaan Besar AS sangat menghimbau warga negara AS di Lebanon Selatan, dekat perbatasan dengan Suriah, dan atau di pemukiman pengungsi untuk segera meninggalkan daerah tersebut," kata Departemen Luar Negeri AS.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam serangan Israel pada Sabtu 28 September. Hizbullah secara remsi mengumumkan kematian pemimpin mereka selama tiga dekade tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah menyatakan, “Sayyed Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, telah bergabung dengan rekan-rekannya yang mati syahid dan abadi, yang jalannya ia pimpin selama sekitar tiga puluh tahun, menjadi seorang martir dalam perjalanan menuju Yerusalem dan Palestina.”
Kematian Hassan Nasrallah diperkirakan akan memicu perang yang lebih besar di Timur Tengah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Sabtu, 28 September 2024 usai terbunuhnya mendiang pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Ia menyebut Nasrallah sebagai mesin utama poros kejahatan Iran.
Setelah kembali dari berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Benjamin Netanyahu mengatakan terbunuhnya Nasrallah dalam serangan udara Israel di Beirut pada hari Jumat merupakan titik balik bersejarah yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah. "Jika ada seseorang yang ingin membunuhmu, bunuh dia terlebih dahulu," katanya.
"Nasrallah bukan sekadar teroris biasa, dialah teroris itu sendiri. Dia adalah poros dari poros, mesin utama poros kejahatan Iran."
Benjamin Netanyahu mengatakan pada awal minggu ini bahwa ia sampai pada kesimpulan bahwa serangan militer Israel terhadap Hizbullah dalam beberapa hari terakhir tidak cukup untuk memastikan kembalinya penduduk Israel ke rumah mereka yang ditinggalkan setahun lalu. Kepergian penduduk Israel dari rumah mereka terjadi setelah Hizbullah mulai meluncurkan roket untuk mendukung Hamas menyusul serangan udara, darat, dan laut Israel yang berkepanjangan terhadap Gaza.
Netanyahu mengatakan serangan terhadap Hizbullah juga merupakan pesan kepada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, yang dilaporkan sebagai salah satu arsitek serangan lintas perbatasan Hamas. "Semakin Sinwar melihat bahwa Nasrallah tidak akan datang menyelamatkannya, semakin besar peluang untuk memulangkan sandera kami," kata Netanyahu.
Pemerintah Rusia mengecam pembunuhan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah oleh militer Israel. “Ini adalah pembunuhan politik lain yang dilakukan oleh Israel, dan Rusia mengutuknya dengan tegas,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya pada Jumat, 28 September 2024 waktu setempat.
Rusia menilai tindakan Israel itu justru berpotensi menimbulkan konsekuensi yang lebih dramatis bagi Lebanon dan Timur Tengah. “Israel jelas menyadari bahaya ini. Namun demikian, Israel mengambil langkah ini dan mulai membunuh warga Lebanon, yang hampir pasti akan memicu ledakan kekerasan baru,” katanya. Menurut Rusia, “Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi yang terjadi.”
REUTERS
Pilihan editor:
- Bagaimana Milisi Houthi Menguasai Yaman
- Gaza Kedua di Libanon Selatan
- Detik-detik Drone Houthi Yaman Tembus Pertahanan Udara dan Hantam Gedung di Tel Aviv, Israel Panik
- Houthi Serang Kapal Tanker Eropa, Tiga Hari Masih Terbakar, Jadi Ancaman Lingkungan