Pembunuhan Hassan Nasrallah, Rusia: Picu Konsekuensi Dramatis di Timur Tengah
Editor
Iwan Kurniawan
Minggu, 29 September 2024 11:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia mengecam pembunuhan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah oleh militer Israel. “Ini adalah pembunuhan politik lain yang dilakukan oleh Israel, dan Rusia mengutuknya dengan tegas,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya pada Jumat, 28 September 2024 waktu setempat.
Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah di Lebanon, tewas dalam serangan udara militer Israel di Lebanon pada Jumat, 28 September 2024. Serangan Israel kali ini menyasar langsung ke markas Hizbullah di Beirut, ibu kota Lebanon, sekitar 212 kilometer dari Tel Aviv.
Rusia menilai tindakan Israel itu justru berpotensi menimbulkan konsekuensi yang lebih dramatis bagi Lebanon dan Timur Tengah. “Israel jelas menyadari bahaya ini. Namun demikian, Israel mengambil langkah ini dan mulai membunuh warga Lebanon, yang hampir pasti akan memicu ledakan kekerasan baru,” katanya. Menurut Rusia, “Israel bertanggung jawab penuh atas eskalasi yang terjadi.”
Pembunuhan Nasrallah ini diperkirakan akan memperluas perang ke kawasan Timur Tengah. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa dia telah mengarahkan Menteri Pertahanan Amerika, Lloyd Austin, untuk meningkatkan postur pertahanan militer Amerika di kawasan Timur Tengah guna mencegah agresi dan mengurangi risiko perang regional yang lebih luas.
Pemerintah Rusia menyerukan kepada Israel agar segera menghentikan permusuhan untuk menghentikan pertumpahan darah dan menciptakan kondisi untuk penyelesaian politik dan diplomatik. Rusia juga mendesak campur tangan komunitas internasional.
“Dalam situasi yang meledak saat ini, anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab harus melakukan segala daya mereka untuk mencegah kawasan tersebut terjerumus ke dalam konfrontasi bersenjata skala penuh,” kata Rusia.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres, telah memperingatkan mengenai potensi meluasnya konflik Israel-Hizbullah ke kawasan Timur Tengah. “Perang di Lebanon dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut yang melibatkan kekuatan luar,” katanya dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Gaza di New York pada 27 September 2024.
“Saya sepenuhnya mendukung usulan gencatan senjata sementara—yang memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dan membuka jalan bagi dimulainya kembali perundingan serius untuk perdamaian yang langgeng di Garis Biru,” kata Guterres dalam pernyataan yang dirilis PBB. Garis Biru adalah garis perbatasan Israel dan Libanon yang dijaga oleh Pasukan Perdamaian PBB.
“Kita membutuhkan gencatan senjata ini sekarang. Kita tidak mampu melakukan perundingan tanpa akhir, seperti yang telah kita lakukan di Gaza. Kita harus menghindari perang regional dengan segala cara,” kata Guterres.
Pilihan editor:
- Bagaimana Milisi Houthi Menguasai Yaman
- Gaza Kedua di Libanon Selatan
- Detik-detik Drone Houthi Yaman Tembus Pertahanan Udara dan Hantam Gedung di Tel Aviv, Israel Panik
- Houthi Serang Kapal Tanker Eropa, Tiga Hari Masih Terbakar, Jadi Ancaman Lingkungan